Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Real Madrid ke Final Liga Champions: Ancelotti di Antara Histori dan Hoki yang Tak Terjadi 3 Kali

Kompas.com - 05/05/2022, 17:40 WIB
Sem Bagaskara

Penulis

Sumber UEFA,Marca

KOMPAS.com - Dalam perjalanan menuju final Liga Champions, Real Madrid asuhan Carlo Ancelotti berulangkali selamat ketika banyak orang bilang mereka sudah tamat. Kekuatan histori atau sekadar hoki?

Real Madrid besutan Carlo Ancelotti sekali lagi menunjukkan kekuatan mental dengan menuai kemenangan dramatis 3-1 atas Man City pada leg kedua semifinal Liga Champions 2021-2022 di Santiago Bernabeu, Kamis (5/5/2022) dini hari WIB.

Sampai menit ke-89 laga Real Madrid vs Man City berjalan, segalanya seperti sudah tamat bagi pasukan Ancelotti yang tak bikin satu pun tembakan tepat sasaran dan ketinggalan 0-1 akibat gol Riyad Mahrez (73').

Namun, pasukan Ancelotti menciptakan keajaiban dengan membalikkan keadaan menjadi 2-1 via dwigol Rodrygo (90’, 90+1’) pada menit-menit penghabisan.

Laga pun berlanjut ke babak tambahan waktu mengingat agregat gol kedua tim seimbang 5-5, seturut kemenangan 4-3 Man City pada leg pertama di Etihad pekan silam.

Baca juga: Davide Ancelotti, Sosok di Balik Layar Keperkasaan Real Madrid

Momen magis Real Madrid lantas terkonfirmasi lewat sepakan penalti Karim Benzema pada menit ke-95 di masa extra time.

Los Blancos membungkus kemenangan 3-1 dan menatap final Liga Champions ke-17 mereka di sepanjang sejarah dengan melawan Liverpool 28 Mei nanti.

Perjalanan Real Madrid ke final Liga Champions dipenuhi gelombang. Anak asuh Ancelotti di ambang tersingkir kala bersua PSG (16 besar), Chelsea (perempat final), dan Man City (semifinal).

Hoki Real Madrid

Namun, nyatanya terpaan gelombang tak mencegah Madrid keluar sebagai pemenang. Anak didik Ancelotti seperti senantiasa dipayungi hoki.

“Apa yang terjadi musim ini sulit dipercaya, Pada 16 besar, perempat final, semifinal. Terutama melawan Paris dan City, tim lawan bermain lebih baik, tapi Madrid yang melaju ke final,” kata eks pilar Real Madrid dan legenda Denmark, Michael Laudrup, kepada Cadena SER.

Pada 16 besar, Madrid bisa membalikkan kekalahan 0-1 pada leg pertama menjadi kemenangan 3-1 pada jumpa kedua di Bernabeu

Nasib bagus kembali mengiringi pasukan Ancelotti yang nyaris masuk kotak kala tertinggal 0-3 dari Chelsea sampai menit ke-79 leg kedua perempat final di Bernabeu.

Disangka sudah tamat, Madrid selamat dan menipiskan jarak menjadi 2-3, sehingga kemudian lolos dengan keunggulan agregat 5-4. Momen dramatis di semifinal versus City menegaskan “kemujuran” Madrid musim ini.

Baca juga: Jadwal Final Liga Champions 2022: Liverpool Vs Real Madrid Jilid 3

Kendati demikian, Laudrup tak sepakat jika atraksi beruntun Real Madrid keluar dari lubang jarum disebut hoki.

Menurutnya, bukan hoki laga namanya jika sesuatu terjadi sampai tiga kali, apalagi secara bertubi-tubi.

“Ketika itu terjadi sekali, itu bisa saja keberuntungan. Namun, tidak jika sampai tiga kali,” tutur Laudrup lagi.

Keberuntungan adalah kata yang pernah begitu dibenci oleh Helenio Herrera, maestro catenaccio, yang mengantar Inter Milan kepada era paling gemilang “Grande Inter” pada tahun 1960-an.

Bagi mendiang pelatih beralias Il Mago (Sang Penyihir) itu, hoki seperti mengerdilkan kerja keras dan dedikasi.

“Hasrat dan kekuatan adalah kata-kata sepak bola. Pujian terbaik yang saya dapat adalah seseorang berkata saya bekerja 30 jam sehari,” kata Helenio Herrera dalam buku berjudul "Inverting The Pyramid: The History of Soccer Tactics" tulisan Jonathan Wilson.

“Saya benci ketika orang bertanya tentang menjadi beruntung,” tutur Herrera yang membawa Inter Milan juara Liga Champions pada 1964 dan 1965.

Baca juga: Final Liga Champions: Saat Ancelotti Mendadak Jadi Fan Garis Keras Liverpool…

Kata hoki tercetus dari mulut Ancelotti usai timnya memastikan comeback saat bersua Man City.

“Untuk menang, Anda butuh sedikit keberuntungan,” katanya seperti dikutip dari Marca.

Namun, sang pelatih berusia 62 tahun itu kemudian lebih suka menyorot pengorbanan, energi, serta dorongan histori atau sejarah yang memungkinkan Madrid melawan kemustahilan.

“Saya tak bisa bilang kami terbiasa menjalani kehidupan seperti ini. Namun, apa yang terjadi malam ini, terjadi saat melawan Chelsea dan Paris.”

“Jika Anda tanya kenapa, itu adalah histori klub yang membantu kami terus berjuang ketika kelihatannya kami sudah tersingkir,” ujar Ancelotti yang kini dalam misi menghadirkan la decimocuarta, yakni raihan gelar ke-14 Liga Champions Real Madrid.

Kerja Keras, Dedikasi, dan Teman Ancelotti

Sesuatu terjadi bukan tanpa sebab. Tak ada asap jika tak ada api.

Hoki Madrid racikan Ancelotti jika dijabarkan dengan istilah lain adalah kerja keras serta dedikasi.

Baca juga: Ancelotti dan Rekor 5 Piala: Si Tukang Makan yang Tak Kenal Kenyang

Di balik gol-gol menit akhir yang sering dibukukan Real Madrid di fase gugur Liga Champions 2021-2022, ada kerja bagus dari pelatih fisik Antonio Pintus.

Antonio Pintus adalah alasan kenapa skuad Madrid bisa luar biasa bugar kala meraih tiga gelar juara Liga Champions beruntun bareng Zinedine Zidane pada rentang 2016 hingga 2018.

Pintus yang sempat sejenak meninggalkan Real Madrid untuk berkolaborasi bareng Antonio Conte di tim juara Liga Italia 2020-2021, Inter Milan, ditarik kembali ke Ibu Kota Spanyol mulai musim ini oleh Ancelotti.

Kolaborasi Ancelotti dan Pintus terlihat nyata di lapangan via upaya pantang menyerah Karim Benzema dkk yang tak kenal lelah.

Marca mencatat, pada laga perempat final leg kedua versus Chelsea, Real Madrid mengungguli sang lawan dalam dua aspek atletik kunci, yakni rata-rata kecepatan lari dan kecepatan sprint.

Real Madrid pada laga itu mencatat rata-rata kecepatan 21 km/jam berbanding "cuma" 14 km/jam milik personel Chelsea.

Kecepatan sprint Benzema dkk (24 km/jam) juga ada di atas sang tamu asal Inggris (21 km/jam).

Baca juga: 4 Fakta Madrid Vs Man City, Sejarah Ancelotti Iringi Langkah Los Blancos ke Final Liga Champions

Ancelotti juga layak diberikan kredit atas kejeliannya membaca permainan. Pergantian pemain jitu Ancelotti memungkinkan Madrid mencatat comeback atas Chelsea dan Man City.

Eduardo Camavinga dan Rodrygo lagi-lagi muncul sebagai sinar terang ketika Real Madrid menemui jalan gelap.

Camavinga dan Rodrygo yang sejatinya bukan penghuni reguler starter Real Madrid, bisa tampil mati-matian karena mereka merasa bermain untuk sang teman.

Ya, bagi pemain-pemain Real Madrid Ancelotti bukan hanya sosok pelatih yang mereka hormati, tapi juga teman yang bisa berpose asyik sembari menghisap cerutu.

“Sebab, pemain adalah teman saya,” kata Ancelotti kala ditanya soal selebrasi menghisap cerutu pada pesta Real Madrid menjuarai Liga Spanyol akhir pekan lalu.

Ketika pelatih lain menjangkau kepala pemain dengan taktik dan strategi, pendekatan hangat Ancelotti sukses menyentuh hati.

Tak heran jika ia disebut-sebut sebagai salah satu pelatih dengan kemampuan man-management terbaik di muka bumi.

Bahkan, salah satu terobosan taktik terhebat Ancelotti, yakni dengan menempatkan Andrea Pirlo sebagai deep-lying playmaker alih-alih penyerang lubang, juga merupakan buah diskusi dua arah.

Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, mengangkat trofi Liga Champions, di  Cibeles Square, Madrid, Sabtu (24/5/2014).PEDRO ARMESTRE / AFP Pelatih Real Madrid, Carlo Ancelotti, mengangkat trofi Liga Champions, di Cibeles Square, Madrid, Sabtu (24/5/2014).

Ia tak asal perintah kepada Pirlo untuk mentas sebagai regista yang mengatur permainan di depan empat kuartet bek Milan pada rentang 2002-2009.

Terobosan taktik itu bisa terjadi karena Pirlo merasa nyaman untuk bercerita kepada Ancelotti soal masa lalu di Brescia, di mana sang pemain beralias Sang Metronom didaulat Carlo Mazzone bermain di depan garis pertahanan.

Kemampuan Ancelotti untuk menjadi pendengar yang baik melahirkan salah satu keputusan taktik paling brilian dalam sejarah sepak bola. 

Walau begitu, sebutan sebagai pelatih hoki tetap saja terus lekat dengan Ancelotti.

Tanpa gol John Dahl Tomasson pada menit 90+1 ke gawang Ajax pada fase perempat final, AC Milan arahan Ancelotti jelas akan tersingkir dan tak mampu jadi juara Liga Champions edisi 2003.

Ancelotti lagi-lagi disebut beruntung ketika tendangan bebas Andrea Pirlo secara "ajaib" berbelok arah karena benturan badan Pippo Inzaghi dan berujung gol pada final 2007 versus Liverpool yang dimenangi AC Milan 2-1.

Gol sundulan Sergio Ramos pada detik-detik akhir final Liga Champions 2014 versus Atletico Madrid dinilai jadi perwujudan lain dari pertolongan Dewi Fortuna untuk Ancelotti yang kala itu membesut Real Madrid.

Dari semula nyaris kalah 0-1, Real Madrid menutup final Liga Champions 2014 dengan kemenangan 4-1, sekaligus mengakhiri penantian panjang klub akan la decima (titel ke-10 Liga Champions).

Ancelotti kini menatap final Liga Champions kelima dengan bekal tiga trofi juara yang diraihnya pada 2003, 2007, 2014.

Melihat rentetan kejadian tadi, Ancelotti dan Dewi Fortuna ibarat teman sejati.

Namun, jika meminjam komentar Michael Laudrup, bukan hoki namanya jika terjadi sampai tiga kali.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber UEFA,Marca
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati 'Sang Dewi'

Klopp Pulang Tanpa Keajaiban, Liverpool Terbentur Hati "Sang Dewi"

Liga Lain
Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Piala Asia U23 2024, Syarat Timnas U23 Indonesia Lolos ke Perempat Final

Timnas Indonesia
Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Rapuhnya Pertahanan Arema FC...

Liga Indonesia
Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Persib Vs Persebaya, Bek Maung Waspada meski Bajul Ijo Tanpa Top Skor

Liga Indonesia
Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Pesan STY yang Picu Hasil Bersejarah Timnas Indonesia di Piala Asia U23

Timnas Indonesia
Xabi Alonso Ucap 'Roma, Roma, Roma', De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Xabi Alonso Ucap "Roma, Roma, Roma", De Rossi Cium Aroma Balas Dendam

Liga Lain
Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia Bekuk Australia, Asa ke Olimpiade 2024 Terjaga

Timnas Indonesia
Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung 'Disidang' Ultras di Olimpico

Milan Dilibas 10 Pemain Roma, Langsung "Disidang" Ultras di Olimpico

Liga Lain
Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Persib Vs Persebaya, Saat Bojan Hodak Rasakan Tekanan Berbeda...

Liga Indonesia
5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

5 Fakta Menarik Indonesia Bekuk Australia, Mental dan Ernando Pembeda

Timnas Indonesia
Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Cara Bertahan Timnas U23 Indonesia yang Perpanjang Kebuntuan Australia

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Indonesia Vs Australia: Komang Teguh Ubah Ketegangan Jadi Kelegaan

Timnas Indonesia
STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

STY Sorot Aksi Ernando Ari, Indonesia Sukses Bikin Australia Frustrasi

Timnas Indonesia
Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Alasan Emi Martinez Tidak Diusir Setelah Kena Kartu Kuning 2 Kali

Liga Lain
Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Berkat Atalanta, Liga Italia Resmi Punya 5 Wakil di Liga Champions 2024-2025

Liga Champions
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com