SINGAPURA, KOMPAS.com - Belum terdengar kabar kelanjutan kembali Liga Singapura yang tertunda sejak 24 Maret 2020 lantaran pandemi corona.
Pandemi itu menginfeksi sekitar 17.000 warga Singapura.
Baca juga: Ini Jadwal Paling Ideal Kelanjutan Liga Singapura
Sedianya, liga tersebut berlangsung lagi pada pertengahan Juli 2020.
Tampines Rovers masih menjadi pemuncak sementara Liga Singapura dengan raihan 9 poin.
Bermain empat kali, Tampines menang 3 kali, belum pernah seri, dan 1 kali kalah.
Lantas, di posisi buncit atau nomor sembilan, Young Lions sama sekali belum pernah mencecap kemenangan.
Klub bermaterikan pemain belia Singapura ini kalah 3 kali dari 3 laga yang dimainkannya.
Young Lions meraih nilai nol.
Di posisi keenam ada klub DPMM (Duli Pengiran Muda Mahkota).
Dari seluruh klub, DPMM baru satu kali menang dari satu kali bermain.
Raihan DPMM yang merupakan satu-satunya klub asal Brunei Darussalam yang bermain di Liga Singapura adalah 3 poin.
Lantas, Geylang membayangi Tampines dengan poin 6.
Sementara di posisi kedua, Geylang sudah bermain 3 kali dengan 2 kali menang, belum pernah seri, serta satu kali kalah.
Berputar kembalinya Liga Singapura sudah barang tentu akan menggunakan protokol ketat.
"Seluruh laga akan digelar di stadion tanpa kehadiran langsung penonton," kata otorias kesehatan Singapura.
Pulih
Berlanjut kembalinya Liga Singapura dipercaya akan ikut memulihkan kondisi perekonomian.
Menurut laman themonitor.sg, pulihnya kondisi perekonomian di Singapura, juga ikut memberi pengaruh pada pergerakan bisnis perusahaan marketplace, Shopee, yang asal Singapura itu.
Sebagaimana diketahui, di Indonesia, Shopee menjadi sponsor utama Liga 1 Sepak Bola Indonesia.
Sementara itu, melalui publikasi terkini Snapcart, dilakukan riset konsumen berkenaan dengan pandemi Covid-19.
Riset itu mengambil waktu saat Ramadhan dan Idul Fitri 2020.
Pada kedua masa itu, pandemi corona memang masih melanda Indonesia.
"Belanja online semakin menjadi pilihan utama konsumen di tengah pandemi Covid-19," kata Astrid Wiliandry, Direktur Snapcart dalam keterangan tertulisnya, hari ini.
Riset itu mengambil sampel seribu responden dari seluruh Indonesia.
Beberapa catatan yang bisa disimak, salah satunya, 58 persen konsumen di Jabodetabek memilih Shopee sebagai situs belanja online yang paling diingat dan 72 persen konsumen non-Jabodetabek.
Kata Astrid, Shopee menjadi lebih unggul karena ragam produk yang lebih menarik dan tawaran harga yang lebih kompetitif.
Astrid menyebut, marketplace yang dijadikan pembanding pada riset kali ini adalah Tokopedia, Lazada, Bukalapak, JD.ID, Blibli, Zalora, Sorabel, Berrybenka, Qoo10, Zilingo, dan sebagainya.
Kemudian, sebanyak 77 persen perempuan mengaku memilih berbelanja di Shopee, dibanding laki-laki 52 persen.
Sedangkan, riset berdasarkan kelompok umur, berbelanja di Shopee paling disukai oleh kelompok umur 19-24 tahun (72 persen), 25-30 tahun (69 persen), kurang dari 19 tahun (69 persen), 31-35 tahun (63 persen), dan 35 tahun ke atas (53 persen).
"Kami menilai fitur-fitur di Shopee lebih interaktif dan selalu ada tema baru pada setiap momen,” tambah Astrid Wiliandry.
Masih menurut Astrid, Shopee terlihat menonjolkan segi kreativitas dalam membangun komunikasi dengan konsumen online.
Hal ini menjadi penting demi mencegah kebosanan para konsumen.
Sanpcart menyimpulkan, kata Astrid Wiliandry, Shopee berhasil membuktikan bahwa semakin banyak fitur baru dan beragam, hal itu akan semakin meningkatkan banyak pilihan konsumen berbelanja.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.