KOMPAS.com - Sejak berdiri pada 1892, Liverpool adalah tim tersukses kedua dalam raihan trofi Liga Inggris. Koleksi 18 gelar The Reds hanya kalah dari Manchester United (20 trofi).
Namun, gelar Liga Inggris ke-18 Liverpool didapat pada musim 1989-1990.
Artinya, sudah hampir tiga dekade klub asal Marseyside itu tidak menjuarai kompetisi tertinggi di Inggris.
Tepat pada 28 April 1990, Liverpool meraih gelar Liga Inggris terakhir mereka seusai bersaing ketat dengan Aston Villa di puncak klasemen.
Pada saat itu pula ditandai dengan kembalinya "sang anak hilang" Ian Rush semusim sebelum Liverpool merengkuh trofi terakhir Liga Inggris mereka. Rush sebelumnya membela Juventus selama satu musim (1987-1988).
Baca juga: Akhiri Penantian 30 Tahun atau Next Year Lagi, Liverpool?
Bersama Peter Beardsley, John Barnes, Ray Houghton, Alan Hansen, Ronnie Whelam, Steve McMahon, Mark Lawrenson, dan Steve Nicol, Rush membentuk dream team di bawah asuhan Kenny Dalglish.
"Saya sesungguhnya bahagia di sana (Juve). Namun, Kenny Dalglish menelepon dan menawari saya untuk kembali. Jarang ada yang diberi kesempatan untuk kembali. Lagi pula, saya benar-benar merindukan suasana di Liverpool," kata Rush yang kembali ke Liverpool pada 1988.
Namun, masa-masa indah itu belum bisa terulang, setidaknya hingga saat ini. Liverpool tak jua berhasil menjadi tim terbaik di Inggris sejak musim 1989-1990.
Tak pelak, dalam tiga dekade belakangan ini, muncul apa yang dinamakan "gelar pelipur lara" untuk The Reds, atau bisa disebut sebagai musim pelipur lara.
Baca juga: Sejarah Baru, Hakim Garis Perempuan di Laga Community Shield, Liverpool vs Man City
Musim 2000-2001menjadi musim tersukses Liverpool sebagai pelipur lara. Finis di peringkat ketiga Liga Inggris pun tak menjadi masalah.
Pasalnya, mereka berhasil meraih treble winners dengan memenangi UEFA Cup (sekarang berganti menjadi Liga Europa), Piala Liga Inggris, dan Piala FA.
The Reds berhak mengangkat trofi UEFA Cup 2000-2001 seusai menumbangkan Deportivo Alaves dengan skor besar, 5-4, pada laga puncak di Westfalenstadion, Dortmund (16/5/2019).
Sementara itu, pada final Piala Liga Inggris, Liverpool mengandaskan perlawanan Birmingham City lewat babak adu penalti.
Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Liverpool Vs Man City di Community Shield
Di Final Piala FA, mereka mengalahkan Arsenal dengan skor tipis 2-1.
Pada tahun itu juga, Liverpool sukses menggondol trofi Community Shield dan UEFA Super Cup menjelang bergantinya musim.
Saat itu, Liverpool masih diperkuat nama-nama beken seperti Jamie Redknapp (kapten tim), Emile Heskey, Jari Litmanen, Sami Hyypia, Robbie Fowler, hingga Markus Babbel. Steven Gerrard dan Jamie Carragher pun sudah masuk skuad.
Namun, yang mencuri perhatian tentunya wonderkid mereka, Michael Owen. Usianya baru 21 tahun, tetapi ia sudah berhasil menjadi top skor klub pada musim 2000-2001 dengan raihan 24 gol di semua ajang.
Kesuksesan Owen membawa Liverpool treble winners plus trofi Community Shield dan UEFA Super Cup, membuat ia dianugerahi pemain terbaik dunia (Ballon D'or) 2001.
Meloncat ke musim 2004-2005. Saat itu, Liverpool mengakhiri Liga Inggris finis di peringkat kelima.
Meski begitu, mereka mampu bernapas lega saat mengakhiri musim dengan menjuarai Liga Champions 2004-2005.
Baca juga: Jadwal Community Shield 2019, Liverpool vs Manchester City
Cara yang mereka tempuh untuk menjadi juara pun tak mudah. Pada laga semifinal, Liverpool menyingkirkan Chelsea dengan cara kontroversial.
Saat Video Assistant Referee (VAR) belum terkenal seperti sekarang, The Reds lolos ke partai puncak seusai dibantu "gol hantu" Luis Garcia pada leg kedua semifinal di Stadion Anfield.
Dalam tayangan ulang, sepakan Luis Garcia pada menit keempat belum melintasi garis gawang karena terlebih dulu disapu bek Chelsea, William Gallas.
Gol tersebut akhirnya sah. Liverpool melaju ke final dengan agregat 1-0, setelah pada leg pertama berakhir dengan skor 0-0.
Pelatih Chelsea saat itu, Jose Mourinho, mengungkapkan tak pernah melupakan "gol hantu" Luis Garcia tersebut.
"Itu memori yang sulit dilupakan. Kami kalah di semifinal Liga Champions dengan gol yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Anda tidak akan bisa melupakannya," katanya kepada media Inggris.
Lain di semifinal. Di final, nyatanya Liverpool harus menjalani laga yang lebih dramatis.
Sempat tertinggal tiga gol oleh AC Milan pada babak pertama, "Miracle of Istanbul" berkehendak saat Liverpool mampu membalas lewat tiga gol yang dicetak pada babak kedua.
Berlaga di Ataturk Olympic Stadium (25/5/2005), Paolo Maldini membuka gol AC Milan pada menit pertama. Brace Hernan Crespo (39', 44') menyusul untuk menegaskan keunggulan 3-0 AC Milan hingga turun minum.
Pada babak kedua, keajaiban terjadi seusai Steven Gerrard (54'), Vladimir Smicer (56'), dan Xabi Alonso (60') secara bergantian mencatatkan nama di papan skor.
Waktu normal 2 x 45 menit pun disudahi dengan skor 3-3. Sampai babak extra time berakhir, skor tersebut masih awet. Laga berlanjut ke babak adu penalti.
Dalam babak adu penalti, kiper Liverpool, Jerzy Dudek berhasil mementahkan tendangan penalti Andriy Shevchenko.
Laga berakhir. Liverpool menang 3-2 pada babak adu penalti dan berhasil mengoleksi trofi kelima Liga Champions sepanjang sejarah klub.
Baca juga: Peran Baru Adam Lallana di Lapangan Tengah, Solusi Problem Liverpool
Meloncat jauh lagi ke musim 2018-2019, musim dimana Liverpool "hampir" menjuarai Liga Inggris.
Selisih satu poin dari sang jawara Manchester City di akhir musim, membuat The Reds kembali kecewa. Praktis, musim 2018-2019 menggenapi 30 tahun Liverpool tanpa juara Liga Inggris.
Beruntung, pada akhir musim, mereka berhasil menyabet trofi juara yang lain. "Gelar pelipur lara" itu lagi-lagi bernama Liga Champions.
Pada laga puncak, Liverpool berhasil mengalahkan rivalnya di Inggris, Tottenham Hotspur dengan skor 2-0.
Berlaga di Stadion Wanda Metropolitano (2/6/2019), dua gol Liverpool dicetak oleh Mohamed Salah (2') dan Divock Origi (87'). Gelar itu merupakan gelar Liga Champions keenam Liverpool sepanjang sejarah klub.
Kini, dengan musim baru di depan mata—dimulai pada Minggu (10/8/2019)—bisakah Liverpool mengakhiri penantian juara Liga Inggris pada tahun ke-30 atau kembali mendengar nada ledekan "next year"?
Terkait hal itu, kanal Bola Kompas.com "memotret" bagaimana performa The Reds setelah mereka menjuarai Liga Inggris untuk kali terakhir dan kondisi Liverpool kini.
Anda dapat membacanya di: Akhiri Penantian 30 Tahun atau Next Year Lagi, Liverpool?
Berikut gelar pelipur lara Liverpool selama kurun waktu 1991-2019 :
- 1991-1992 : Piala FA
- 1994-1995 : Piala Liga Inggris
- 2000-2001 : UEFA Cup
Piala FA
Piala Liga Inggris
Community Shield
UEFA Super Cup
- 2002-2003 : Piala Liga Inggris
- 2004-2005 : Liga Champions
- 2005-2006 : UEFA Super Cup
Piala FA
- 2006-2007 : Community Shield
- 2011-2012 : Piala Liga Inggris
- 2018-2019 : Liga Champions