Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Liverpool dan Gelar Pelipur Lara...

Kompas.com - 04/08/2019, 11:43 WIB
Nirmala Maulana Achmad,
Eris Eka Jaya

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejak berdiri pada 1892, Liverpool adalah tim tersukses kedua dalam raihan trofi Liga Inggris. Koleksi 18 gelar The Reds hanya kalah dari Manchester United (20 trofi).

Namun, gelar Liga Inggris ke-18 Liverpool didapat pada musim 1989-1990.

Artinya, sudah hampir tiga dekade klub asal Marseyside itu tidak menjuarai kompetisi tertinggi di Inggris.

Tepat pada 28 April 1990, Liverpool meraih gelar Liga Inggris terakhir mereka seusai bersaing ketat dengan Aston Villa di puncak klasemen.

Pada saat itu pula ditandai dengan kembalinya "sang anak hilang" Ian Rush semusim sebelum Liverpool merengkuh trofi terakhir Liga Inggris mereka. Rush sebelumnya membela Juventus selama satu musim (1987-1988).

Baca juga: Akhiri Penantian 30 Tahun atau Next Year Lagi, Liverpool?

Bersama Peter Beardsley, John Barnes, Ray Houghton, Alan Hansen, Ronnie Whelam, Steve McMahon, Mark Lawrenson, dan Steve Nicol, Rush membentuk dream team di bawah asuhan Kenny Dalglish.

"Saya sesungguhnya bahagia di sana (Juve). Namun, Kenny Dalglish menelepon dan menawari saya untuk kembali. Jarang ada yang diberi kesempatan untuk kembali. Lagi pula, saya benar-benar merindukan suasana di Liverpool," kata Rush yang kembali ke Liverpool pada 1988.

Namun, masa-masa indah itu belum bisa terulang, setidaknya hingga saat ini. Liverpool tak jua berhasil menjadi tim terbaik di Inggris sejak musim 1989-1990.

Tak pelak, dalam tiga dekade belakangan ini, muncul apa yang dinamakan "gelar pelipur lara" untuk The Reds, atau bisa disebut sebagai musim pelipur lara.

Baca juga: Sejarah Baru, Hakim Garis Perempuan di Laga Community Shield, Liverpool vs Man City

Musim 2000-2001menjadi musim tersukses Liverpool sebagai pelipur lara. Finis di peringkat ketiga Liga Inggris pun tak menjadi masalah.

Pasalnya, mereka berhasil meraih treble winners dengan memenangi UEFA Cup (sekarang berganti menjadi Liga Europa), Piala Liga Inggris, dan Piala FA.

The Reds berhak mengangkat trofi UEFA Cup 2000-2001 seusai menumbangkan Deportivo Alaves dengan skor besar, 5-4, pada laga puncak di Westfalenstadion, Dortmund (16/5/2019).

Sementara itu, pada final Piala Liga Inggris, Liverpool mengandaskan perlawanan Birmingham City lewat babak adu penalti.

Baca juga: Prediksi Susunan Pemain Liverpool Vs Man City di Community Shield

Di Final Piala FA, mereka mengalahkan Arsenal dengan skor tipis 2-1.

Pada tahun itu juga, Liverpool sukses menggondol trofi Community Shield dan UEFA Super Cup menjelang bergantinya musim.

Pelatih Liverpool asal Perancis Gerard Houllier mengibarkan bendera Liverpool setelah memenangi Piala UEFA di Dortmund Westfalenstadion, 16 Mei 2001, melawan Deportivo Alaves. Liverpool menang 5-4 di perpanjangan waktu.AFP/PATRICK HERTZOG Pelatih Liverpool asal Perancis Gerard Houllier mengibarkan bendera Liverpool setelah memenangi Piala UEFA di Dortmund Westfalenstadion, 16 Mei 2001, melawan Deportivo Alaves. Liverpool menang 5-4 di perpanjangan waktu.

Saat itu, Liverpool masih diperkuat nama-nama beken seperti Jamie Redknapp (kapten tim), Emile Heskey, Jari Litmanen, Sami Hyypia, Robbie Fowler, hingga Markus Babbel. Steven Gerrard dan Jamie Carragher pun sudah masuk skuad.

Namun, yang mencuri perhatian tentunya wonderkid mereka, Michael Owen. Usianya baru 21 tahun, tetapi ia sudah berhasil menjadi top skor klub pada musim 2000-2001 dengan raihan 24 gol di semua ajang.

Kesuksesan Owen membawa Liverpool treble winners plus trofi Community Shield dan UEFA Super Cup, membuat ia dianugerahi pemain terbaik dunia (Ballon D'or) 2001.

Meloncat ke musim 2004-2005. Saat itu, Liverpool mengakhiri Liga Inggris finis di peringkat kelima.

Meski begitu, mereka mampu bernapas lega saat mengakhiri musim dengan menjuarai Liga Champions 2004-2005.

Baca juga: Jadwal Community Shield 2019, Liverpool vs Manchester City

Cara yang mereka tempuh untuk menjadi juara pun tak mudah. Pada laga semifinal, Liverpool menyingkirkan Chelsea dengan cara kontroversial.

Saat Video Assistant Referee (VAR) belum terkenal seperti sekarang, The Reds lolos ke partai puncak seusai dibantu "gol hantu" Luis Garcia pada leg kedua semifinal di Stadion Anfield.

Dalam tayangan ulang, sepakan Luis Garcia pada menit keempat belum melintasi garis gawang karena terlebih dulu disapu bek Chelsea, William Gallas.

Gol tersebut akhirnya sah. Liverpool melaju ke final dengan agregat 1-0, setelah pada leg pertama berakhir dengan skor 0-0.

Pelatih Chelsea saat itu, Jose Mourinho, mengungkapkan tak pernah melupakan "gol hantu" Luis Garcia tersebut.

"Itu memori yang sulit dilupakan. Kami kalah di semifinal Liga Champions dengan gol yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Anda tidak akan bisa melupakannya," katanya kepada media Inggris.

Mantan pemain Liverpool, Luis Garcia.AFP PHOTO / PAUL ELLIS Mantan pemain Liverpool, Luis Garcia.

Lain di semifinal. Di final, nyatanya Liverpool harus menjalani laga yang lebih dramatis.
Sempat tertinggal tiga gol oleh AC Milan pada babak pertama, "Miracle of Istanbul" berkehendak saat Liverpool mampu membalas lewat tiga gol yang dicetak pada babak kedua.

Berlaga di Ataturk Olympic Stadium (25/5/2005), Paolo Maldini membuka gol AC Milan pada menit pertama. Brace Hernan Crespo (39', 44') menyusul untuk menegaskan keunggulan 3-0 AC Milan hingga turun minum.

Pada babak kedua, keajaiban terjadi seusai Steven Gerrard (54'), Vladimir Smicer (56'), dan Xabi Alonso (60') secara bergantian mencatatkan nama di papan skor.

Waktu normal 2 x 45 menit pun disudahi dengan skor 3-3. Sampai babak extra time berakhir, skor tersebut masih awet. Laga berlanjut ke babak adu penalti.

Dalam babak adu penalti, kiper Liverpool, Jerzy Dudek berhasil mementahkan tendangan penalti Andriy Shevchenko.

Laga berakhir. Liverpool menang 3-2 pada babak adu penalti dan berhasil mengoleksi trofi kelima Liga Champions sepanjang sejarah klub.

Baca juga: Peran Baru Adam Lallana di Lapangan Tengah, Solusi Problem Liverpool

Meloncat jauh lagi ke musim 2018-2019, musim dimana Liverpool "hampir" menjuarai Liga Inggris.

Selisih satu poin dari sang jawara Manchester City di akhir musim, membuat The Reds kembali kecewa. Praktis, musim 2018-2019 menggenapi 30 tahun Liverpool tanpa juara Liga Inggris.

Beruntung, pada akhir musim, mereka berhasil menyabet trofi juara yang lain. "Gelar pelipur lara" itu lagi-lagi bernama Liga Champions.

Pada laga puncak, Liverpool berhasil mengalahkan rivalnya di Inggris, Tottenham Hotspur dengan skor 2-0.

Pemain Liverpool merayakan kemenangan di depan suporter setelah memenangi pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions antara Liverpool vs Barcelona di Anfield di Liverpool, Inggris, pada 7 Mei 2019.OLI SCARFF/AFP Pemain Liverpool merayakan kemenangan di depan suporter setelah memenangi pertandingan leg kedua semifinal Liga Champions antara Liverpool vs Barcelona di Anfield di Liverpool, Inggris, pada 7 Mei 2019.

Berlaga di Stadion Wanda Metropolitano (2/6/2019), dua gol Liverpool dicetak oleh Mohamed Salah (2') dan Divock Origi (87'). Gelar itu merupakan gelar Liga Champions keenam Liverpool sepanjang sejarah klub.

Kini, dengan musim baru di depan mata—dimulai pada Minggu (10/8/2019)—bisakah Liverpool mengakhiri penantian juara Liga Inggris pada tahun ke-30 atau kembali mendengar nada ledekan "next year"?

Terkait hal itu, kanal Bola Kompas.com "memotret" bagaimana performa The Reds setelah mereka menjuarai Liga Inggris untuk kali terakhir dan kondisi Liverpool kini.

Anda dapat membacanya di: Akhiri Penantian 30 Tahun atau Next Year Lagi, Liverpool?

Berikut gelar pelipur lara Liverpool selama kurun waktu 1991-2019 :
- 1991-1992 : Piala FA
- 1994-1995 : Piala Liga Inggris
- 2000-2001 : UEFA Cup
                        Piala FA
                        Piala Liga Inggris
                        Community Shield
                        UEFA Super Cup
- 2002-2003 : Piala Liga Inggris
- 2004-2005 : Liga Champions
- 2005-2006 : UEFA Super Cup
                        Piala FA
- 2006-2007 : Community Shield
- 2011-2012 : Piala Liga Inggris
- 2018-2019 : Liga Champions

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Hasil 8 Besar Piala Asia U23: Singkirkan Arab Saudi, Uzbekistan Jumpa Indonesia di Semifinal

Internasional
Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Modal Persib Menyongsong Championship Series Liga 1

Liga Indonesia
Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Borneo FC Dapat Pelajaran dari Persib Jelang Championship Series

Liga Indonesia
Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Keriuhan Media Sosial Saat Timnas U23 Indonesia Singkirkan Korsel

Liga Indonesia
Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Hasil Rans Nusantara vs Persija 0-1: Gustavo Pahlawan Macan Kemayoran

Liga Indonesia
Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Borneo FC Alami 3 Kekalahan Beruntun, Pieter Huistra Tidak Cari Kambing Hitam

Liga Indonesia
Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Rekor Dunia Cricket Pecah di Seri Bali Bash Internasional

Sports
Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Thomas & Uber Cup 2024, Tim Indonesia Siap Tempur!

Badminton
Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Sepak Bola Indonesia Sedang Naik Daun

Liga Indonesia
5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

5 Fakta Statistik Timnas U23 Indonesia Vs Korea Selatan

Timnas Indonesia
Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Yonhap Kritik Keras Timnas U23 Korsel: Lemah Bertahan dan Tidak Disiplin!

Timnas Indonesia
Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Korsel Takluk dari Indonesia, Arhan Hibur Rekan Setimnya di Suwon FC

Timnas Indonesia
4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

4 Fakta Indonesia Vs Korsel: Pulangkan Negara Asal, Ambisi STY Tercapai

Timnas Indonesia
Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Timnas U23, Lelaki Muda Kokoh dan Jalur Langit

Internasional
Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya 'Mantra Sakti'

Indonesia ke Semifinal Piala Asia U23, Keyakinan STY Terbukti, Punya "Mantra Sakti"

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com