KOMPAS.com - Tragedi Lionel Messi di Timnas Argentina adalah ia harus mengangkat skuad yang selalu punya defisiensi menonjol di beberapa sektor penting.
Kengototan Lionel Messi untuk tampil di Copa America 2019 juga dipertanyakan mengingat Argentina akan menjadi tuan rumah Copa America 2020 bersama Kolombia.
Dua poin tersebut diungkapkan oleh Tim Vickery, pandit sepak bola Amerika Latin di acara BBC Radio 5 Live.
Timnas Argentina kalah dari tuan rumah Brasil pada babak semifinal Copa America 2019.
Hadiah hiburan menjadi tim peringkat ketiga setelah mengalahkan Chile pun tak bisa mengangkat kekecewaan.
Baca Juga: Empat Atlet Indonesia Selain Joe Taslim yang Terjun ke Dunia Hiburan
Vickery mengungkapkan bahwa kemandekan prestasi ini terjadi karena perkembangan sepak bola usia junior di Timnas Argentina yang tak lagi bisa seperti dulu.
"Timnas Argentina pernah menggondol lima dari tujuh gelar Piala Dunia U-20 antara 1995 dan 2007. Namun, sejak Piala Dunia 2006 mereka menderita dengan merosotnya prestasi tim junior," ujarnya.
"Alhasil, Argentina kesulitan menemukan pemain-pemain top."
Tim Vickery juga mengatakan bagaimana Piala Dunia 2006 menjadi saksi tim terkuat Argentina dalam dua dekade terakhir walau pasukan Jose Pekerman harus kalah adu penalti di perempat final kontra tuan rumah Jerman.
Baca Juga: Menjadi Sub-Zero, Joe Taslim Diharapkan Bertahan Hidup Lebih Lama dari Dua Versi Sebelumnya
Tim Argentina ketika itu diperkuat antara lain oleh Roberto Ayala (33 tahun), Esteban Cambiasso (25 tahun), Javier Mascherano (22), Hernan Crespo (30), Maxi Rodriguez (25), dan Lionel Messi (18) yang memainkan turnamen internasional pertamanya bersama Albiceleste.
"Ketika itu, Argentina seharusnya bisa menang kontra Jerman. Mereka hanya kurang beruntung dalam laga itu," ujar pria yang telah menjadi jurnalis sejak 1994 tersebut.
Selain apa yang dikatakan Vickery, sebenarnya ada satu lagi tim hebat Argentina di level junior, yakni skuad pemenang medali emas di Olimpiade Beijing 2008.
Lionel Messi, bersama pemain-pemain seperti Pablo Zabaleta, Angel Di Maria, Juan Roman Riquelme, Sergio Aguero, dan Ever Banega mengalahkan Nigeria di final.
Akan tetapi, tim hebat terakhir itu pun tak mampu menyumbang pemain mumpuni terutama di sektor kiper dan lini belakang, ke skuad senior.
Sang pandit mencontohkan dua momen kunci di mana keterbatasan pemain belakang Argentina terekspos di Copa America 2019 yakni ketika melawan Paraguay di fase grup dan saat menghadapi Brasil.
Baca Juga: Masih Trauma, Andy Murray Belum Mau Kembali Bermain di Sektor Tunggal