BANDUNG, KOMPAS.com - Gelombang sumbangan "Koin untuk PSSI" bobotoh (sebutan suporter klub Persib Bandung) terus berdatangan.
Penggalangan dana dilakukan sebagai respons atas sanksi yang diberikan Komisi Disiplin PSSI terkait pembuatan koreografi "Save Rohingya" saat Persib melakoni laga kandang kontra Semen Padang pada 9 September 2017 lalu.
Sumbangan pun datang tak hanya dari kalangan bobotoh. Dukungan juga hadir dari para pelajar hingga kalangan politisi.
Penggalangan dana itu dilakukan secara terpusat di Viking Original Merchandise (VOM) di Stadion Sidolig, Kota Bandung.
Dari pantauan Kompas.com di lokasi, Jumat (15/9/2017) siang, masyarakat datang berbondong-bondong untuk memasukkan koin sumbangan ke dalam gentong bertuliskan "Koin untuk PSSI".
Muhamad Virgiawan Hamdani (8) salah satunya. Bocah kelas 2 di SD Neglasari, Kota Bandung ini nekat memecahkan uang celengannya untuk membantu Persib membayar denda.
"Kemarin malam celengannya dipecahin, buat Persib," ujar Irgi, sapaan akrabnya.
Ditemani kedua orangtuanya, Irgi mulai memasukkan uang logam ke dalam tong besar.
"Uang tabungan tadinya mau beli handphone, tetapi enggak apa-apa nanti nabung lagi," ucap Irgi dengan wajah polos.
Leli Yuliani (58), bobotoh lainnya, sengaja membawa sekantong uang recehan untuk disumbangkan. Meski usianya tak muda lagi, Leli tampak masih semangat jika membahas soal Persib.
"Kebetulan saya hobi kumpulin koin, ya namanya juga ibu-ibu. Saya dengar pengumpulan koin untuk membayar denda, jadi ya saya datang ke sini," ujar Leli.
"Kita support karena kita tahu tidak ada satu pun dasar dari bobotoh ini untuk berpolitik dalam urusan ini. Saya rasa seluruhnya ikhlas dan saya mengapresiasi sekali. Ini kan indah sekali, bobotoh di tribune (stadion) semuanya bersatu membuat Save Rohingya. Tahu-tahu ini disebut melakukan kesalahan besar," kata Haris.
Ia pun menyayangkan sikap reaktif dari PSSI yang bahkan tak memberi kesempatan pihak Persib untuk melakukan banding.
"Mudah-mudahan gerakan ini bisa menyadarkan PSSI, syukur-syukur bisa mengubah keputusan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.