Dijelaskan Akmal, ada beberapa faktor lain yang menjadi biang kekerasan di lapangan, salah satunya kinerja buruk wasit.
Soal kinerja wasit, beberapa tim memang mulai menyuarakan kekesalannya terhadap pengadil di lapangan.
Contohnya adalah pelatih Pusamania Borneo FC, Dragan Djukanovic. Dia mengkritik kepemimpinan hakim garis saat timnya bermain imbang 2-2 dengan PS TNI pada pertandingan Liga 1 di Stadion Pakansari Cibinong, Senin (17/4/2017).
"Saya tidak takut. Ingat saya berbicara banyak soal wasit dan saya pernah disanksi. Sekarang akan saya katakan lagi. Mereka menganulir gol tim saya dan memberikan satu gol untuk PS TNI," kata Dragan seusai laga.
Dragan juga kembali menyoroti kinerja wasit yang menganulir gol Lerby Eliandri saat melawan Persipura Jayapura.
Cuplikan gol dari Lerby Eliandri pada menit ke-66 yang dianulir wasit dan gol berkelas Abdul Rachman dipenghujung laga. #BangkitBorneo pic.twitter.com/JwEahxchmX
— Borneo F.C. (@PusamaniaBorneo) May 2, 2017
Shane Smeltz sebagai marquee player tim berjulukan Pesut Etam tersebut tidak ketinggalan mengkritik wasit.
"Saya sangat kecewa dengan hasil pertandingan ini. Kami enggak hanya bermain 11 lawan 11 tapi rasanya kita juga bermain melawan wasit,” kata pemain berusia 35 tahun itu.
PSSI bukan tutup telinga terhadap permasalahan ini. Mereka sedang berupaya berencana mendatangkan seorang tenaga ahli perwasitan untuk meningkatkan kinerja pengadil lapangan di Indonesia.
"Expert referee merupakan salah satu rekomendasi dari komite wasit dan operator liga," kata Sekjen PSSI, Joko Driyono, kepada Kompas.com, Rabu (26/4/2017).
Nantinya, wasit ahli tersebut sekitar 75 persen bertugas untuk melakukan peningkatan kinerja dan integritas perwasitan.
"Sisanya 20 persen bertugas melakukan perkembangan secara umum mulai dari peningkatan wasit muda dan lain-lain," ujar Jokdri.
Memaknai kembali trofi Piala Presiden
Semoga PSSI bergerak cepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Namun, PSSI juga tidak bisa sendiri.
Perlu pula dukungan, komitmen, dan kesadaran dari semua pihak untuk mewujudkan sepak bola yang profesional dan bermartabat.
Dengan demikian, keinginan Presiden Joko Widodo untuk melihat kompetisi yang berkualitas dan mengusung fair play bisa terwujud.
Terlebih, Jokowi ingin sepak bola kembali jadi pemersatu bangsa. Keinginan tersebut terlihat saat dia menyelenggarakan Piala Presiden 2015.
Turnamen itu diselenggarakan di tengah konflik para pemangku kepentingan. Di mata Ida Bagus Lasem, pemahat trofi Piala Presiden, turnamen Piala Presiden 2015 bertujuan menyatukan insan sepak bola yang terpecah belah.
Hal itu tercermin di bagian atas penopang baja, yaitu bola yang diikat tali menyerupai bintang. Bagi Lasem, bentuk bola yang bulat merepresentasikan tujuan Presiden Jokowi menggelar turnamen Piala Presiden.
"Membulatkan tekad untuk memersatukan generasi muda. Semoga dengan ini, semua bisa bersatu lewat olahraga," kata Lasem.
Karena itu, bersatulah!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.