"Tesnya di Stadion Siliwangi. Ada 15 orang yang lolos seleksi," ungkapnya.
Tim Putri Priangan memulai debut pertandingannya pada 18 Maret 1969 melawan Sekolah Tinggi Olahraga (SMOA) di Stadion Siliwangi. Kala itu, Putri Priangan menang 2-1.
"Itu pertandingan pertama dan penontonnya banyak banget. Saat itu, saya mengisi pos sayap kiri," ucap Wiwi.
Menuai kecaman
Wiwi mengaku, antusiasme masyarakat pada sepak bola wanita sangat besar saat itu. Sebab, sepak bola wanita sangat tabu dan dianggap melampaui fitrah perempuan. Hingga akhirnya, pro dan kontra pun bermunculan.
Sejumlah surat kabar mengecam aksi nekat Wiwi dan srikandi Kota Kembang. Wiwi lantas memperlihatkan sebuah headline surat kabar tentang kecaman terhadap sepak bola wanita.
Salah satunya media nasional, bahkan menuliskan judul "Sepak Bola Wanita Runtuhkan Akhlak".
"Saya lempeng saja, ini bagian risiko yang harus saya lewati," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Namun, hujatan dan cacian terhadap Putri Priangan malah merangsang munculnya tim sepak bola wanita di sejumlah daerah di Indonesia.
"Dalam waktu singkat, di Surabaya terbentuk, Tegal, Solo, Malang, bahkan ke Ambon juga ada," ujarnya.
Harum hingga ke negeri tetangga
Geliat sepak bola wanita di Indonesia memancing perhatian negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia. Mereka pun berbondong-bondong datang ke Indonesia untuk uji tanding.
Wiwi berkisah, pada 13 Maret 1969, Putri Priangan untuk kali pertama bertanding melawan tim Penang Malaysia. Saat itu, Putri Priangan sebagai tuan rumah kandas 0-5.
"Wajar, mereka sudah lebih dulu ada dibanding kita," ungkap Wiwi memberi pembelaan.
Setelah melakukan serangkaian pertandingan, pada 9 Agustus 1969, Putri Priangan diundang untuk ikut dalam pertandingan dalam Pesta Sukan (hari jadi negara Singapura).