SLEMAN,KOMPAS.com - Sepak Bola menjadi salah satu olahraga yang paling disukai oleh masyarakat Indonesia. Minim prestasi dan karut marutnya organisasi sepak bola Indonesia tak membuat surut masyarakat untuk mencintai sepak bola nasional.
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh Dimas Wihardyanto (34). Warga Jalan Kaliurang Pogung Baru W5 mewujudkan kecintaanya akan sepak bola nasional dengan mengoleksi sekitar 500-an jersey pemain, klub lokal dan timnas Indonesia.
Dimas mulai serius mengoleksi jersey pemain lokal maupun timnas Indonesia sejak tahun 1997 silam. Niat untuk mengoleksi jersey ini berawal dari hobinya menonton pertandingan sepak bola di stadion.
"(Saya) Benar-benar serius itu kira-kira 1997-an. Awalnya, senang nonton bola di stadion dan lihat kalau pas lagi latihan," ujar Dimas Wihardyanto saat ditemui Kompas.com, Selasa (18/10/2016).
Dari sering melihat saat sesi latihan, Dimas lantas kenal dengan beberapa pemain. Dari kenal itulah, ia lantas iseng-iseng meminta jersey yang dikenakan.
"(Kami) Jadi kenal, akrab. Iseng-iseng minta, eh dikasih, ya jadi keterusan untuk terus mengkoleksi," ucapnya.
Jersey pertama yang didapatnya adalah milik pemain belakang Persebaya Surabaya, Hartono. Dimas mendapatkan jersey itu saat Persebaya bermain tandang ke Yogyakarta melawan PSIM Yogyakarta.
"Itu yang pertama, kebetulan saya dulu kontributor foto. Jadi, selesai pertandingan saya dekati dan minta, lalu dikasih oleh Cak Har," tutur dia mengisahkan.
Pria kelahiran Jakarta 27 Juni 1982 ini mengungkapkan dari sekitar 500-an jersey koleksinya, ada satu yang tertua, yakni milik salah satu pemain legendaris Indonesia, Iswadi Idris. Jersey ini dikenakan pemain gelandang berjulukan "Boncel" saat membela timnas.
"Anaknya (Iswadi Idris) pernah satu SMA dengan saya, kebetulan akrab dan teman dekat. Saya iseng, 'Om ada mau dong'. Eh, dikasih," bebernya.
Dimas mengaku ada cerita-cerita unik saat mengumpulkan jersey. Salah satunya yang masih diingatnya adalah saat mendapatkan jersey pemain PSS Sleman, Marcelo Braga pada tahun 2014 lalu.
Jersey ini pernah dikenakan pemain depan PSS Sleman pada 2005 itu. Namun, Dimas mendapatkannya tidak sengaja di Lampung. Saat itu, Dimas yang bekerja sebagai Dosen Teknik Arsitektur UGM sedang mendampingi KKN mahasiswa di Lampung.
Ketika mendampingi itu, ia melihat ada seorang bapak sedang menyadap getah karet. Bapak tersebut mengenakan kostum pemain PSS warna hijau yang di punggungnya tertulis nama Marcelo Braga.
"Saya hampiri, ternyata anaknya dulu kuliah di Yogya, tetangganya Marcelo Braga. Dia dikasih kaus lalu dibawa ke Lampung. Saya tukar kas itu dengan 10 kilogram beras, dan bapaknya mau," kata Dimas.
Beli Rp 5 juta, ditawar Rp 15 juta
Dimas menceritakan ada satu jersey yang paling sulit dan butuh kesabaran untuk mendapatkanya, yakni jersey striker timnas, Widodo Cahyono Putro, saat Pra-Olimpiade tahun 2000. Bahkan, Dimas harus menunggu hingga dua tahun untuk mendapatkan jersey ini.
"Saya tahu posisinya (pemilik) ada di Bali. Saya hubungi yang punya berkali-kali, enggak dijawab. Sekitar dua tahun berselang, saya dihubungi. Dia bertanya mau enggak nebus kaus itu soalnya lagi butuh uang. Saya beli Rp 5 juta," ujar dia.
Jersey yang dikenakan Widodo C Putro saat Pra-Olimpiade 2000 ini menurut dia pernah ditawar orang hingga Rp 15 Juta. Namun, Dimas tidak melepasnya sebab niatan awal dia adalah sebagai koleksi.
"Saya masih memburu jersey Ronny Wabia di Piala Asia 1996, pertama kalinya Indonesia lolos kejuaraan tersebut. Ada orang Manado yang punya, ini masih saya kejar karena memiliki nilai sejarah," ujarnya.
Dimas mengungkapkan selama ini koleksinya sebagian besar adalah jersey klub yang memiliki kedekatan emosional dengannya karena pernah tinggal di kota tersebut.
Klub-klub itu antara lain Persija Jakarta karena dulu Dimas lahir di Jakarta. Lalu ada Persib Bandung, karena pernah tinggal di Bandung, PSIS Semarang, Persis Solo dan klub-klub DIY (PSS Sleman, PSIM dan Persiba Bantul).
Itulah sebabnya, bapak satu orang anak ini sampai saat ini tidak mengoleksi jersey pemain ataupun klub luar negeri.
"Saya ini pindah-pindah dan keluarga saya memang suka nonton bola di stadion. Jadi ada ikatan (emosional) walau hanya sebentar," ujarnya.
Dimas menyampaikan tidak ada perawatan khusus untuk jersey koleksinya. Sebab, rata-rata jersey itu dapatkannya langsung dari pemain.
"Kalau dicuci itu nanti hilang aroma dan semangat pemain bersama jersey-nya. Jadi, ya enggak ada perawatan khusus," ucapnya.
Merawat sejarah sepak bola nasional
Pilihan mengoleksi jersey lokal bagi Dimas adalah untuk merawat kenangan atas perjalanan sepak bola nasional. Sebab, di balik setiap jersey tentu memiliki cerita dan sejarah yang harus selalu diingat sebagai salah satu bagian dari perjalanan sepak bola Indonesia.
"Saya suka sepak bola Indonesia. Bagi saya, jersey itu adalah sejarah atau heritage," ujarnya.
Menurut dia, seusai gelaran Piala AFF 2010, animo masyarakat Indonesia terhadap sepak bola nasional meningkat cukup signifikan. Salah satunya adalah banyak masyarakat yang mulai mengoleksi jersey lokal.
Nilai positifnya, dengan semakin banyak orang mengkoleksi jersey lokal, banyak juga yang merawat cerita-cerita sejarah di balik tiap kaus tersebut.
"Dengan semakin banyak kolektor, semakin banyak yang merawat sejarahnya dan akan semakin utuh cerita di balik jersey itu," tutur dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.