Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Menarik Laga Jerman Vs Italia

Kompas.com - 03/07/2016, 10:57 WIB
Nugyasa Laksamana

Penulis

Sumber JUARA

BORDEAUX, KOMPAS.com - Jerman susah payah menaklukkan Italia lewat adu tendangan penalti pada babak perempat final Piala Eropa 2016 di Stade Matmut-Atlantique, Bordeaux, (2/7/2016).

Jerman menang 5-4 lewat babak adu penalti setelah kedua tim bermain imbang 1-1 pada waktu normal dan perpanjangan waktu selama 30 menit.

Kemenangan tersebut menandai pertama kalinya Jerman menang atas Italia pada turnamen resmi, meski tidak pada waktu normal.

Laga yang berjalan cukup dramatis tersebut juga menyisakan sejumlah catatan menarik, seperti yang terangkum di bawah ini:

1. Konsistensi Oezil

Oezil bukan hanya dikenal rajin menyumbang assist, namun juga kerap mencetak gol. Di timnas Jerman, Oezil sudah mencetak 20 gol.

Selain itu, Oezil juga selalu mencetak gol pada empat turnamen terakhir yang diikutinya, termasuk di Piala Eropa 2016.

Rentetan gol Oezil untuk Jerman di turnamen dimulai pada Piala Dunia 2010. Dia mencetak gol tunggal Die Mannschaft ketika menang 1-0 atas Ghana di pertandingan Grup D.

Pada Piala Eropa 2012, gol penalti pemain Arsenal tersebut membobol gawang Italia pada babak semifinal. Namun, ketika itu, Jerman kalah 1-2.

Pada Piala Dunia 2014, Oezil memecah kebuntuan ketika Jerman melawan Aljazair pada babak 16 Besar. Dia mencetak gol pada babak perpanjangan waktu dan membawa Jerman menang 2-1.

Piala Eropa 2016 menambah panjang catatan Oezil tersebut.

Dia hanya kalah dari para mantan bomber Jerman, Juergen Klinsmann dan Miroslav Klose, serta Rudi Voeller. Klinsmann dan Klose menyumbang gol untuk Jerman di enam turnamen, sementara Voeller di lima turnamen.


2. "Debut" Bonucci

Leonardo Bonucci membantu Italia menyamakan kedudukan pada menit ke-78.

Golnya dari titik penalti tidak sanggup dibendung Manuel Neuer dan memaksa laga berakhir imbang.

Menariknya, penalti tersebut merupakan yang perdana bagi Bonucci dalam waktu normal.

Di level klub, pemain Juventus tersebut baru maju menjadi algojo ketika pertandingan sudah memasuki babak adu penalti.

Ironisnya, ketika laga Italia-Jerman akhirnya berakhir dengan adu penalti, Bonucci justru gagal melaksanakan tugasnya.

Seperti tidak mau mengulangi kegagalannya pada menit ke-78, Neuer dengan tepat membaca arah tendangan pemain berambut plontos tersebut dan memblok bola.


3. Tim yang cetak gol lebih dulu gagal mempertahankan keunggulan

Jerman mengulang tren yang terjadi di fase gugur Piala Eropa 2016. Tim yang unggul lebih dulu, lalu tersusul, tidak akan menang dalam waktu 90 menit. Beberapa pertandingan sudah membuktikan hal tersebut.

Polandia, misalnya. Mereka memang lolos ke perempat final. Namun, pada babak 16 Besar, mereka harus lebih dulu bersusah payah mengalahkan Swiss pada babak adu penalti.

Setelah unggul 1-0 pada babak pertama, Jakub Blaszczykowski dkk kebobolan pada menit ke-82 lewat gol Xherdan Shaqiri dan memaksa laga berlanjut hingga adu penalti.

Hal sama terulang pada babak perempat final. Polandia gagal mempertahankan keunggulan 1-0 atas Portugal dan bermain imbang 1-1 pada waktu normal.

Laga berakhir untuk kemenangan Portugal lewat babak adu penalti.

Contoh lain adalah ketika Inggris kalah 1-2 kontra Islandia. Gol cepat Wayne Rooney dibalas oleh dua gol dari Islandia dan memaksa Inggris angkat koper.

Tim terakhir yang menjadi "korban" tren tersebut adalah Belgia. Setelah memimpin lebih dulu lewat gol Radja Nainggolan, skuad asuhan Marc Wilmots tersebut kebobolan tiga kali oleh Wales.

Demikian pula dengan Jerman. Der Panzer harus menang lewat adu penalti seperti halnya Polandia untuk bisa lolos.


4. Nasib kontras Jerman dan Italia di babak adu penalti

Jerman dan Italia punya catatan berbeda soal adu penalti. Rekor Jerman dalam babak tos-tosan sangat bagus. Sepanjang sejarah, Der Panzer 28 kali bertanding hingga babak adu penalti dan hanya gagal dua kali.

Sebelum memenangi laga melawan Italia, Jerman terakhir kali memenangi adu penalti pada babak perempat final Piala Dunia 2006.

Ketika itu, Michael Ballack dkk menyingkirkan Argentina 4-2 setelah bermain seri 1-1 pada waktu normal hingga perpanjangan waktu.

Sebaliknya, Italia tidak begitu beruntung dalam urusan adu penalti. Kekalahan dari Brasil pada babak final Piala Dunia 1994 mungkin menjadi contoh terbaik.

Di Piala Eropa, Italia tiga kali tersingkir karena gagal menaklukkan lawan pada tos-tosan.

Kekalahan Italia dari Jerman mengulangi kegagalan mereka sewindu lalu di Piala Eropa 2008. Ketika itu, Gli Azzurri kalah 2-4 dari Spanyol pada babak perempat final.

Terakhir kali kelima algojo Italia sukses melaksanakan tugas mereka adalah ketika mengalahkan Perancis pada final Piala Dunia 2006.


5. Buruknya eksekusi penalti pemain Premier League

Adu penalti antara Jerman dan Italia menyibak fakta menarik namun kurang menyenangkan. Konversi penalti pemain Premier League pada laga ini sangat buruk.

Antara Jerman dan Italia, ada lima pemain yang berlaga di kompetisi tersebut.

Mereka adalah Graziano Pelle (Southampton), Emanuele Giaccherini (Sunderland), Matteo Darmian, Bastian Schweinsteiger (keduanya dari Manchester United), dan Mesut Oezil (Arsenal).

Dari lima pemain tersebut, hanya Giaccherini yang berhasil melaksanakan tugasnya dengan baik.

Duo Man United, Schweinsteiger dan Darmian, serta Pelle dan Oezil sama-sama gagal. (Lariza Oky Adisty)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Opini Budi Sudarsono Soal Stok Striker yang Minim di Timnas Indonesia

Opini Budi Sudarsono Soal Stok Striker yang Minim di Timnas Indonesia

Timnas Indonesia
Bali United vs Persib, Teco Keluhkan Perubahan Venue Laga

Bali United vs Persib, Teco Keluhkan Perubahan Venue Laga

Liga Indonesia
Pengamat: Cetak Biru 2045 PSSI Harus Dijaga, Ambil Contoh dari Jepang

Pengamat: Cetak Biru 2045 PSSI Harus Dijaga, Ambil Contoh dari Jepang

Timnas Indonesia
Hasil Fulham Vs Man City: Gvardiol Dwigol, City Pesta ke Puncak

Hasil Fulham Vs Man City: Gvardiol Dwigol, City Pesta ke Puncak

Liga Inggris
Respons Kasus Rasialisme, PSSI Siap Bermitra dengan Meta dan Tiktok

Respons Kasus Rasialisme, PSSI Siap Bermitra dengan Meta dan Tiktok

Liga Indonesia
Como Promosi ke Serie A, Sukacita Henry, Simbol Bernama Gabrielloni

Como Promosi ke Serie A, Sukacita Henry, Simbol Bernama Gabrielloni

Liga Italia
Witan Ungkap Kondisi Usai Kepala Cedera di Laga Indonesia Vs Guinea

Witan Ungkap Kondisi Usai Kepala Cedera di Laga Indonesia Vs Guinea

Timnas Indonesia
AC Milan Vs Cagliari: Conceicao Akan Terlihat di San Siro

AC Milan Vs Cagliari: Conceicao Akan Terlihat di San Siro

Liga Italia
Como Promosi ke Serie A, Andil Bos Terkaya Indonesia, Dua Juara Dunia

Como Promosi ke Serie A, Andil Bos Terkaya Indonesia, Dua Juara Dunia

Liga Italia
Persib Bidik Juara Liga 1, Berharap Tren Angka 4 dan Tuah Runner-up

Persib Bidik Juara Liga 1, Berharap Tren Angka 4 dan Tuah Runner-up

Liga Indonesia
Man United Vs Arsenal: Hanya Ada Juara di Otak Arteta

Man United Vs Arsenal: Hanya Ada Juara di Otak Arteta

Liga Inggris
Chievo Lahir Kembali, Kisah Cinta dari Sang Legenda Sergio Pellissier

Chievo Lahir Kembali, Kisah Cinta dari Sang Legenda Sergio Pellissier

Liga Italia
Faisal Halim Jalani Operasi Ketiga, Kondisi Membaik, Bisa Jalan Sendiri

Faisal Halim Jalani Operasi Ketiga, Kondisi Membaik, Bisa Jalan Sendiri

Internasional
Aji Santoso: Respek, Timnas U23 Indonesia Berjuang dengan Segala Upaya

Aji Santoso: Respek, Timnas U23 Indonesia Berjuang dengan Segala Upaya

Timnas Indonesia
Prediksi Skor Man United Vs Arsenal, The Gunners Pesta di Old Trafford

Prediksi Skor Man United Vs Arsenal, The Gunners Pesta di Old Trafford

Liga Inggris
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com