KOMPAS.com - Apakah Cristiano Ronaldo benar-benar siap mengambil lakon nomor 9?
Pertanyaan tersebut mencuat setelah dua pertandingan Portugal pada Piala Eropa 2016. Kiprah Ronaldo justru diwarnai nihil gol, kegagalan penalti, dan penuturan frustrasi.
1 - Cristiano Ronaldo has missed his first penalty at a major tournament in normal time (scored v Iran in 2006 World Cup). Woe.
— OptaJoe (@OptaJoe) June 18, 2016
Perubahan posisi ditengarai sebagai pemicu grafik menurun Ronaldo. Bersama tim berjulukan Seleccao, Ronaldo mendapat posisi sebagai striker utama, bukan sayap kiri seperti ketika membela Real Madrid.
Peran tersebut diemban Ronaldo sejak start kualifikasi, pertengahan 2015. Pelatih Fernando Santos melihat Ronaldo lebih berbahaya ketika beroperasi di kotak penalti lawan.
Statistik mungkin bisa mengonfirmasi keputusan Santos. Ronaldo tidak seeksplosif dulu dalam menyisir sisi lapangan.
Rata-rata dribble pemain berjulukan CR7 itu jauh menurun, dari 6,2 per laga pada musim 2009-2010 menjadi 3,1 pada 2015-2016.
Di kotak 16, Ronaldo justru menunjukkan grafik menanjak. Tengok saja 25 gol tandukan dari Ronaldo pada La Liga dan Liga Champions dua musim terakhir.
Ronaldo pun mengucapkan sebuah deklarasi pada November 2015, "Saya adalah seorang pemain yang beroperasi di kotak penalti."
Dua laga Piala Eropa menunjukkan hasilnya masih jauh dari harapan. Ronaldo sekadar mengancam gawang lawan, bukan menggetarkan.
Total 20 tembakan dilepaskan Ronaldo, tetapi tak satu pun membuahkan gol. Di Perancis, Ronaldo juga mendapatkan kesempatan tendangan bebas ke-36 khusus turnamen internasional. Lagi-lagi, usaha Ronaldo nihil hasil.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.