Oleh: Viriya Paramita
Penulis adalah penggemar sepak bola, tinggal di Jakarta. Penulis bisa dihubungi melalui email viriya_71@hotmail.com
KOMPAS.com - Sungguh mudah menebak obrolan yang terjadi pada Senin pagi, 23 Maret 2015, ketika sesama pendukung Manchester United berpapasan. Pertama, mereka akan saling memberi selamat atas kemenangan 2-1 melawan Liverpool di Anfield malam sebelumnya. Kedua, mereka akan membahas betapa bodohnya Steven Gerrard dan betapa indahnya gol kedua Juan Mata. Ketiga, mereka akan bertanya, “Kok Rooney masih mandul, ya?”
Wayne Rooney, kapten United dan tim nasional Inggris, memang membawa beban berat dalam pertandingan itu. Sudah satu dekade ia paceklik gol di Anfield. Tak ada yang tahu persisnya kenapa. Kita hanya bisa menerka-nerka.
Lihatlah statistik Rooney. Ia adalah pencetak gol ketiga terbanyak sepanjang sejarah United dengan torehan 229 gol di semua ajang. Rekornya hanya kalah dari Sir Bobby Charlton di posisi pertama dengan 249 gol dan Denis Law di tempat kedua dengan 237 gol. Selama 11 musim bermain di United, rata-rata Rooney mencetak 20 gol per tahunnya.
Namun itu semua tak mampu mengesampingkan fakta bahwa terakhir kali Rooney mencetak gol di Anfield melawan Liverpool adalah pada Januari 2005. Rooney juga puasa gol di sana pada musim 2009/2010 dan 2011/2012, saat ia berhasil meraih catatan gol terbaiknya dalam semusim, yaitu 34 gol.
Louis van Gaal sampai terheran-heran. “Ini aneh, walau bisa saja terjadi, dan saya harap saya bisa mengubah (kebiasaan buruk Wayne) itu,” ujarnya.
Nyatanya, tak ada yang berubah. Bahkan kala Daley Blind dijatuhkan Emre Can di kotak terlarang pada masa perpanjangan waktu babak kedua, Rooney tetap gagal mengeksekusi hadiah penalti. Rooney benar-benar steril di Anfield.
Mungkin, tak ada yang lebih kesal melihat hal ini dibanding Rooney sendiri. Sejak kecil, ia adalah penggemar sejati Everton, klub satu kota Liverpool. Karena itu, ia membenci Liverpool sepenuh hati. Tekadnya untuk mencetak gol dan mempermalukan Liverpool di kandang sendiri rasanya lebih besar dibanding tekad Tsubasa membawa Jepang jadi juara dunia.
“Saya tumbuh besar sebagai penggemar Everton yang begitu membenci Liverpool, dan itu tak pernah berubah,” kata Rooney pada Maret 2009 saat melakoni wawancara dengan MUTV.
Namun, semangatnya yang berapi-api justru jadi bumerang. Kondisi ini mirip dengan apa yang terjadi dalam episode ke-3 pada musim ke-3 serial televisi komedi How I Met Your Mother berjudul “Third Wheel”.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.