Hubungan-hubungan antara Tirana dan Beograd telah memburuk karena masalah bekas provinsi Serbia, Kosovo, yang banyak dihuni etnis Albania, dan minoritas Albania di Serbia selatan, yang meminta otonomi yang lebih besar.
Di Beograd, sejumlah orang menilai Tirana memiliki kepentingan dalam menciptakan "Albania Raya" untuk menyatukan komunitas-komunitas etnis Albania di Albania, Kosovo, Montenegro, Macedonia, dan Serbia selatan.
Kemerdekaan Kosovo, yang diproklamasikan pada 2008, telah diakui oleh lebih dari 100 negara, termasuk AS dan sebagian besar negara Uni Eropa.
"Intensitas kebencian dari kaum muda Albania dan kaum muda Serbia (pada pertandingan) begitu mengagumkan - itu, tentu saja, merupakan masalah politis utama dan skandal internasional," kata analis politik Dusan Janjic kepada AFP.
"Satu-satunya respon mendesak adalah memastikan pemulihan hubungan antara Beograd dan Pristina tidak terhenti," ucapnya.
Berakhir prematurnya pertandingan ini disambut gembira oleh 5.000 warga Kosovo etnis Albania, yang berkumpul untuk menyaksikan televisi di ibukota Kosovo, Pristina, dengan meneriakkan "Albania Raya" dan "Kesuksesan." Etnis Albania juga merayakannya di Macedonia, sambil membunyikan klakson-klakson mobil.
Kapten Serbia, yang merupakan bek Chelsea, Branislav Ivanovic, mengatakan ia cemas dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada pertandingan itu.
"Atas nama timku, aku dapat berkata bahwa kami ingin meneruskan pertandingan... Namun para pemain Albania mengatakan mereka tidak berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang sesuai untuk meneruskannya," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.