Pertandingan kualifikasi Piala Eropa 2016 antara kedua negara Balkan tersebut pada Selasa (14/10/2014) terpaksa dihentikan, setelah drone yang membawa bendera "Albania Raya" terbang rendah di atas Stadion Partizan di Beograd. Spanduk itu diturunkan oleh pemain Serbia Stefan Mitrovic, yang memicu perkelahian antara kedua tim.
Presiden FIFA Sepp Blatter mengatakan sepak bola "semestinya tidak pernah digunakan untuk pesan-pesan politis," sedangkan ketua badan sepak bola Eropa Michel Platini, mengatakan insiden itu "tidak dapat dimaafkan."
Pertandingan itu kemudian berubah menjadi kerusuhan ketika sejumlah besar penonton Serbia berlari masuk ke lapangan dan berusaha menyerang para pemain Albania. Wasit Inggris Martin Atkinson memerintahkan para pemain keluar lapangan, ketika bom asap dan benda-benda lain dilemparkan dari tribun penonton.
Komisi Eropa mengatakan pihaknya "kecewa" dengan kekerasan itu dan memuji "profesionalisme" Beograd dalam mengatasi situasi tersebut.
Insiden itu berpeluang mengganggu kunjungan Perdana Menteri Albania Edi Rama ke Serbia yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu mendatang, yang akan menjadi kunjungan pertama selama 68 tahun.
Menteri luar negeri Serbia Ivica Dadic mengatakan insiden pesawat tanpa awak merupakan "provokasi" yang telah direncanakan sebelumnya, dan menyalahkan saudara kandung Edi Rama, Olsi Rama, yang dianggapnya mengorkestrasi aksi tersebut. Ia membantah klaim-klaim yang ada.
"Apa yang khususnya paling mengganggu adalah ini merupakan pekerjaan saudara kandung perdana menteri Albania, yang akan dijamu di Beograd," kata Dadic.
Rencana kunjungan itu dapat terwujud setelah hubungan antara kedua negara tersebut dinormalisasi oleh kesepakatan yang diatur Uni Eropa pada April 2013.
Para ofisial Albania tidak dapat dimintai komentar apakah sang perdana menteri akan tetap melakukan kunjungan ke Serbia.
"Tujuan Rama ke Beograd sangat berbeda dari apa yang terjadi sepanjang pertandingan," kata wakil perdana menteri Niko Peleshi.
Menteri dalam negeri Serbia mengatakan saudara kandung Rama ditahan karena insiden tersebut dan mengklaim bahwa ia mengendalikan pesawat tanpa awak dari kursinya di box eksekutif stadion. Tetapi Olsi Rama, yang belakangan kembali ke Tirana dengan tim Albania dan disambut bak pahlawan oleh ribuan penggemar, mengatakan ia tidak terkait dengan pesawat tanpa awak itu.
"Saya tidak mengerti dari mana cerita ini berasal," kata Rama.
"Saya tidak ditahan atau ditangkap," ucapnya, sambil mengatakan bahwa ia hanya diminta oleh polisi Serbia untuk memperlihatkan paspor AS dan kameranya.
Skandal internasional utama
Hubungan-hubungan antara Tirana dan Beograd telah memburuk karena masalah bekas provinsi Serbia, Kosovo, yang banyak dihuni etnis Albania, dan minoritas Albania di Serbia selatan, yang meminta otonomi yang lebih besar.
Di Beograd, sejumlah orang menilai Tirana memiliki kepentingan dalam menciptakan "Albania Raya" untuk menyatukan komunitas-komunitas etnis Albania di Albania, Kosovo, Montenegro, Macedonia, dan Serbia selatan.
Kemerdekaan Kosovo, yang diproklamasikan pada 2008, telah diakui oleh lebih dari 100 negara, termasuk AS dan sebagian besar negara Uni Eropa.
"Intensitas kebencian dari kaum muda Albania dan kaum muda Serbia (pada pertandingan) begitu mengagumkan - itu, tentu saja, merupakan masalah politis utama dan skandal internasional," kata analis politik Dusan Janjic kepada AFP.
"Satu-satunya respon mendesak adalah memastikan pemulihan hubungan antara Beograd dan Pristina tidak terhenti," ucapnya.
Berakhir prematurnya pertandingan ini disambut gembira oleh 5.000 warga Kosovo etnis Albania, yang berkumpul untuk menyaksikan televisi di ibukota Kosovo, Pristina, dengan meneriakkan "Albania Raya" dan "Kesuksesan." Etnis Albania juga merayakannya di Macedonia, sambil membunyikan klakson-klakson mobil.
Kapten Serbia, yang merupakan bek Chelsea, Branislav Ivanovic, mengatakan ia cemas dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada pertandingan itu.
"Atas nama timku, aku dapat berkata bahwa kami ingin meneruskan pertandingan... Namun para pemain Albania mengatakan mereka tidak berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang sesuai untuk meneruskannya," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.