"Tolong umpan bolanya ke sini," teriak Camara sambil berlari menunggu bola, seperti dikisahkan Marco.
Camara berlari. Saat bola itu diumpan, bola tak kesampaian dikejar oleh Camara. Camara tiba-tiba saja tertunduk lesu tanpa sepatah kata pun, akhirnya bola direbut oleh bek lawan.
Camara langsung tidur terlentang di lapangan. Beberapa detik kemudian, Camara sempat terbangun kembali dan duduk jongkok, kepalanya tertunduk ke bawah. Tiba-tiba, Camara langsung tergeletak, kembali tidur terlentang.
"Saat itu, rekan-rekannya belum ngeh kalau Camara sedang sakaratul maut. Teman-teman setimnya sempat menyangka, kalau Camara sedang membetulkan sepatunya," katanya.
Saat itu, waktu menujukan pukul 22.56 WIB. Tim medis yang saat itu ada langsung menghampiri Camara. Ceritanya, hampir seluruh pemain ke tengah lapangan itu. Camara langsung dibawa ke mobil untuk dibawa ke Rumah Sakit Halmahera. Camara langsung dibawa ke UGD.
Setibanya di rumah sakit, dokter menyatakan, jantung Camara sudah tak lagi berdetak. Dokter berulang kali memastikan kemungkinan itu. Dokter terus-menerus melakukan pertolongan, tetapi apalah daya, nyawanya sudah diputuskan sang Khalik.
Sekitar pukul 23.40 WIB, dokter menyatakan Camara telah meninggal dunia. Dokter menyimpulkan Camara terkena serangan jantung. Tim tidak percaya mendengar pernyataan dokter. Semua pemain tertunduk lesu. Setelah positif dinyatakan meninggal, Marco langsung mengabari keluarganya di Afrika Tengah.
"Ibunya terkaget," jelas Marco.
Kembali dituturkan Marco, kemudian ibunya sambil menangis berkata, "Katanya begini, memang sejak tadi telepon-teleponan, saya sudah punya firasat akan tejadi seperti ini. Ya, sudah, saya ikhlaskan, ini mungkin jalan terbaik yang diberikan Tuhan untuk anak saya. Saya ikhlas."
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.