Barca memang tidak perlu minder. Di laga tingkat Eropa, tim Catalan ini belum pernah kalah di Nou Camp selama lebih dari tiga tahun. Barca mengalahkan Milan musim lalu di perempat final dan semifinal 2005-2006.
Khusus di perempat final musim lalu, Barca dan Milan meraih hasil imbang 0-0 di San Siro dan 3-1 di Nou Camp. Messi mencetak dua gol penalti di paruh pertama dan Andrés Iniesta menambah satu gol. Satu gol Milan disumbangkan Antonio Nocerino.
Fakta lain, Barca menargetkan perempat final Liga Champions untuk keenam kali secara berturut-turut. Target lain adalah mempertahankan kekuatan di kandang, 19 kali tidak terkalahkan. Jadi, meski kebobolan dua gol (Kevin-Prince Boateng dan Sulley Muntari) di San Siro, Nou Camp memberi suasana sangat berbeda.
Gelandang Thiago Alcântara optimistis tim mampu ke perempat final. ”Kami bermain untuk mempertahankan hidup di Liga Champions. Ini gelar terpenting. Kami berupaya meraih hasil maksimal,” katanya.
Kapten Barca Carles Puyol pun meyakini hal sama. ”Kami memiliki resep untuk melawan dan menang,” katanya kepada La Vanguardia.
Resep yang dimaksud Puyol adalah semacam ketabahan. Timnya mampu tegak berdiri dan mengatasi berbagai cobaan, tidak hanya di lapangan sepak bola. Contohnya adalah ketika bek Eric Abidal dan Pelatih Tito Vilanova sakit.
Barca akhir-akhir dikritik telah kehilangan intensitas membawa bola. Puyol menukas dengan diplomatis bahwa itu adalah sinyal tim harus lebih berkembang. ”Kami butuh untuk menanggapi tekanan. Yang paling penting di tim ini adalah reaksi saat bola lepas,” ujarnya.
Puyol meyakinkan, tim selalu fokus dan profesional. ”Jika mereka (orang-orang yang mengkritik) melihat bagaimana kami berlatih, mereka tidak akan meragukan kami,” katanya.
Patut dicatat, dari 17 kali pertemuan Barcelona-Milan, Barca menang 11 kali, seri 4 kali, dan kalah 2 kali. Nou Camp siap menjadi saksi, siapa yang bakal tersingkir.