Michael Laudrup memang seorang pesepak bola sejati. Dia lahir dari keluarga pesepak bola. Ayahnya, Finn Laudrup, adalah mantan pemain klub Brondby yang juga pendiri sekolah sepak bola anak-anak, Vanlose. Di klub inilah Michael berlatih sepak bola bersama saudara kandungnya, Brian.
Ketika ayahnya dipanggil ke
Michael memulai debutnya sebagai pemain senior pada 1981 di Kobenhavns Boldklub. Dia tampil 14 kali bersama Boldklub dengan menyumbang tiga gol. Bakatnya yang besar membuat Brondby tertarik untuk membawa dia. Bersama Brondby, Michael menyumbangkan 24 gol dari 38 kali penampilannya.
Ibarat magnet, daya tarik Laudrup sampai juga ke Italia. Juara liga Serie A, Juventus, pun tertarik untuk membawanya dengan uang pindah yang menjadi rekor terbesar dalam sejarah sepak bola Denmark, yaitu satu juta dollar AS (sekitar Rp 9,7 miliar).
Akan tetapi, karena Juventus terkena aturan larangan memiliki lebih dari dua pemain asing dalam satu tim, Laudrup lalu dipinjamkan kepada Lazio untuk satu musim.
Laudrup yang tak tahu dia akan dipinjamkan ke Lazio ketika menandatangani kesepakatan dengan Juve hanya bisa menerima keputusan itu. Di klub Italia ini pun, kilau Laudrup semakin benderang meski hanya mencetak sembilan gol dari 60 kali penampilannya.
Laudrup akhirnya bergabung dengan Juve mulai musim panas 1985. Ia menggantikan Zbigniew Boniek. Dia bermain bersama Michel Platini, dan pada tahun pertamanya langsung memenangi liga Serie A 1985/1986, juga juara Piala Intercontinental.
Sukses bersama Juve berlanjut di Barcelona. Dia memilih klub Spanyol itu karena di situlah pesepak bola idolanya, Johan Cruyff, membangun sebuah tim. Bakatnya semakin terasah bersama Cruyff yang meletakkan filosofi sepak bola Belanda di klub itu.
Tim yang dijuluki ”Johan Cruyff Dream Team” itu menjuarai La Liga empat tahun berturut-turut, 1991-1994, dan sejumlah kejuaraan lain. Laudrup pun dua kali terpilih sebagai pemain terbaik di Spanyol (1991 dan 1992) meski di tim itu juga ada Pep Guardiola, Hristo Stoichkov, Jose Maria Bakero, dan Txiki Begiristain.
Masa-masa indah itu harus berakhir tahun 1994, dengan kehadiran penyerang asal Brasil, Romario Faria. Laudrup pun meninggalkan Barcelona dengan berat hati.