Tidak mudah memprediksi yang akan menjadi juara pada turnamen yang akan berlangsung 19 Januari-10 Februari 2013 ini. Setidaknya hal itu yang diutarakan Pelatih Ghana Kwesi Appiah. Menurut dia, Piala Afrika selalu punya kejutan, seperti yang dilakukan Zambia tahun lalu saat menekuk tim favorit Pantai Gading lewat adu penalti.
Turnamen Piala Afrika pertama kali digelar tahun 1957. Setelah sempat dilaksanakan setiap dua tahun pada tahun ganjil, tahun pelaksanaan berubah menjadi tahun genap mulai 1968. Sejak tahun ini, kejuaraan kembali akan digelar setiap dua tahun pada tahun ganjil agar tidak diselenggarakan pada tahun yang sama dengan Piala Dunia.
Appiah mengatakan, 16 finalis yang berlaga di Afrika Selatan dipastikan memiliki kesempatan yang sama besar untuk menjadi jawara Afrika. ”Saya selalu mengatakan, klub yang berlaga di Piala Afrika adalah tim bagus,” ujarnya kepada Supersport.
”Tak akan ada yang bisa Anda anggap remeh. Pada sepak bola modern, tidak ada yang baik atau buruk. Yang terpenting Anda harus menyiapkan diri dengan baik untuk semua laga yang akan dimainkan,” kata pria berusia 50 tahun itu.
Kejutan di Piala Afrika kali ini bahkan sudah dimulai sebelum pesta putaran final berlangsung. Dua tim favorit, yaitu Mesir, si peraih tujuh gelar, dan Kamerun, si kolektor empat gelar, tidak lolos kualifikasi.
Namun, tidak lolosnya Mesir dan Kamerun bukan berarti menurunkan kualitas persaingan. Perebutan gelar akan berlangsung sengit mengingat ada 10 tim kuat yang bersaing. Apalagi, sebagian besar tim juara ini juga mendominasi di kualifikasi Piala Dunia 2014 sebagai pemimpin klasemen grup.
Melihat sejarah, Piala Afrika punya tiga blok utama kekuatan, yakni utara, tengah, dan barat. Negara-negara dari tiga blok ini sudah merebut 24 gelar dari
Dengan absennya Mesir, blok utara diwakili Aljazair, Maroko, dan Tunisia. Sementara blok tengah, dengan tidak lolosnya Kamerun, tumpuan ada pada Republik Demokratik Kongo. Adapun blok barat diwakili Ghana, si peraih empat gelar; Nigeria (2 gelar); dan Pantai Gading (1).