Jika tertinggal lebih dulu, Spanyol akan lebih agresif menekan. Akibatnya, lini belakang ”La Furio Roja” akan semakin mudah ditembus oleh serangan balik Italia yang sangat efektif.
Italia tidak akan bermain bertahan melawan Spanyol. Skuad ”Azzurri” tetap akan bermain dalam filosofi yang dibangun oleh Prandelli dalam dua tahun terakhir. Mereka semakin percaya diri dengan penguasaan bola yang terbuka dan agresif menekan. Tiki-taka Spanyol yang hampir sempurna tidak membuat ”Tim Langit Biru” gentar.
”Kami tidak gentar kepada mereka. Mereka tidak lebih kuat dari kami sewaktu pertemuan di Gdansk. Kami telah berkembang, baik secara fisik maupun psikis,” kata Prandelli.
Apa pun hasil pertandingan final nanti, kedua tim akan mencetak sejarah. Buat Spanyol, menjadi juara di Kiev akan mencatatkan tinta emas sebagai tim yang mampu meraih tiga gelar paling bergengsi sejagat (Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan Piala Eropa 2012), menyamai rekor Jerman Barat pada era awal 1970-an. Italia pun sangat merindukan mahkota juara itu. Generasi muda Italia belum pernah merasakannya karena Azzurri, meraihnya 44 tahun lalu. (REUTERS)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.