Wasit tidak melihat insiden "el dedo de Mou" (jari tangan Mourinho), yang tertangkap dengan jelas kamera televisi. Dua bulan kemudian, RFEF menghukum Mourinho dengan skors dua laga yang hanya akan diterapkan di ajang Piala Super Spanyol --laga tahunan yang mempertemukan juara liga dan juara Piala Raja-- dan Vilanova diskors satu laga. Para pemain Barcelona menuduh Mourinho telah merusak sepak bola Spanyol. Belakangan Mourinho menyampaikan permintaan maaf, tetapi hanya untuk suporter Madrid.
Presiden Real Madrid Florentino Perez membela Mourinho, sedangkan mantan Pelatih Barcelona Johan Cruyff menyebut sikap Mourinho itu sebagai "tindakan arogan dan bentuk ketidakberdayaan".
"Mes que un club"
Ini slogan klub Barcelona. Artinya, "lebih dari sekadar sebuah klub".
Istilah ini pula yang menjelaskan, mengapa "Clasico" juga lebih dari sekadar laga sepak bola. Klub Barcelona dipandang sebagai simbol nasionalisme Catalan dan perjuangan kawasan itu untuk mendapat pengakuan dari kekuatan pemerintah Spanyol di Madrid, yang dipersepsikan melekat pada Real Madrid.
Suporter Barcelona melambaikan bendera Catalan warna kuning dengan garis-garis merah dan membentangkan banner di Nou Camp bertuliskan "Catalonia itu bukan Spanyol". Banyak dari mereka mencemooh dengan siulan saat laga kebangsaan Spanyol berkumandang sebelum laga final Piala Raja di Mestalla, tahun lalu.
Suporter Madrid membalas hal itu dengan melambaikan bendera Spanyol dan menyanyikan lagu "Viva Espana" (Berjayalah Spanyol). Setelah laga, bek Real Madrid Alvaro Arbeloa menulis pesan bertuliskan "Viva Espana" melalui akun twitter-nya, yang belakangan menjadi perdebatan luas di kalangan suporter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.