Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memori SEA Games 2011 yang Terulang

Kompas.com - 10/03/2012, 12:46 WIB

BANDAR SERI BEGAWAN, KOMPAS.com — Harapan bangsa Indonesia untuk meraih gelar juara kembali pupus. Tim nasional Indonesia U-21 gagal menghapuskan dahaga gelar juara setelah kalah 0-2 dari Brunei Darussalam di final Sultan Hassanal Bolkiah Trophy.

Kegagalan ini membawa ingatan kita pada nasib timnas U-23 di SEA Games 2011, November lalu. Saat itu publik sangat menggantungkan harapan kepada timnas U-23 yang tampil impresif hingga bisa masuk ke final. Sayang, di final terjadi antiklimaks. Egi Melgiansyah dan kawan-kawan takluk dari Malaysia lewat adu penalti.

Setelah dipuja-puji berkat permainan gemilang dari babak penyisihan grup hingga semifinal, kinerja timnas U-23 pun menuai pertanyaan karena gagal mempersembahkan gelar. Apa yang dialami oleh timnas U-23 yang kala itu diasuh Rahmad Darmawan, juga dialami oleh tim asuhan Widodo Cahyono Putro kali ini.

Kegagalan tim "Garuda Muda" U-21 ini menyesakkan karena diharapkan bisa memberikan gelar yang sudah gagal dipersembahkan senior-seniornya di ajang SEA Games atau laga akhir babak kualifikasi Pra-Piala Dunia 2014. Banyak yang berharap Andik Vermansyah dkk bisa mengharumkan nama bangsa di benua Asia, setidaknya Asia Tenggara. Namun, apa daya, perjuangan keras yang sudah mereka lakukan belum jua membuahkan hasil.

Para pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) juga masih mengoleksi komentar yang sama.

"Saya pikir perjuangan anak-anak sudah maksimal. Kita hanya belum beruntung," jelas Wakil Ketua Umum PSSI, Farid Rahman.

Pelatih dan pemain sudah bercucuran keringat untuk memenuhi ambisi bangsa ini. Andik Vermansyah dkk sudah jatuh bangun untuk bisa mengharumkan bangsa yang tercinta ini.

Lantas, kalau bicara soal kekalahan, siapa yang layak bertanggung jawab? Apakah publik sepak bola nasional yang terlalu bermimpi gelar juara?

Ini seharusnya menjadi pelecut kedua bagi para pengurus untuk sadar diri setelah sebelumnya timnas mendapatkan malu kalah 0-10 dari Bahrain di ajang kualifikasi Piala Dunia. Banyak publik yang berharap kekalahan dari Bahrain bisa menjadi awal kebangkitan sepak bola negeri ini. Publik tak ingin lagi ada perseteruan, yang diharapkan cuma prestasi.

Jadi, masih pantaskah para pengurus "bertarung" untuk menyabet gelar yang paling benar? Tamparan keras ini seharusnya bisa menyadarkan para pengurus sepak bola negeri ini agar segera bersatu untuk memperbaiki prestasi sepak bola negeri ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com