Karena tak mendapat pasokan bola cukup, Neymar sering mundur jauh ke tengah untuk mengambil dan mengolah sendiri si kulit bundar. Beberapa kali ia mencoba menerobos pertahanan lawan sendirian dengan dribelnya dan berakhir dengan kegagalan yang berujung pada serangan balik berbahaya. Penyerangan Brasil pun menjadi tak efektif karena bersifat sporadis, tidak disusun secara perlahan dari bawah.
Seusai turnamen, Neymar menegaskan bahwa ia tak akan pindah ke Eropa sampai setidaknya awal tahun depan. Hal itu karena ia ingin mewujudkan ambisinya untuk menjuarai Piala Dunia Antarklub bersama Santos terlebih dahulu. Santos jelas membutuhkan bintang-bintang terbaiknya untuk bersaing melawan klub-klub terbaik dunia di turnamen tersebut, salah satunya Barcelona. Bila akhirnya Neymar benar-benar pindah ke Madrid atau Barcelona pada bursa transfer musim dingin nanti, itu akan menjadi loncatan besar dalam kariernya yang baru seumur jagung.
Kisah Denilson sebelumnya telah mengajarkan bahwa bakat saja tidak cukup untuk meraih sukses di Eropa. Neymar, harus bisa beradaptasi dulu secara perlahan, salah satunya dengan menimba ilmu di Belanda seperti yang dilakukan Ronaldo dan Romario. Di sana, ia bisa belajar pentingnya arti sepak bola kolektif dan mengerti saat yang tepat untuk memamerkan tekniknya atau melakukan umpan satu-dua dengan rekan setim.
Pilihan ada di tangan Neymar. Sekarang, kita hanya bisa menunggu akhir kisah ini. Hanya waktu yang akan membuktikan, apakah Neymar akan menjadi The Next Ronaldo, atau Denilson.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.