Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Neymar, The Next Ronaldo atau Denilson?

Kompas.com - 30/07/2011, 20:59 WIB

KOMPAS.com - Banyak orang mengatakan, hanya masalah waktu saja sebelum penyerang muda fenomenal Santos, Neymar, bisa menaklukan dunia dengan talentanya. Tapi nyatanya, Neymar tampil mengecewakan saat membela Brasil di Copa America 2011 lalu. Permainannya yang egois dan cenderung individualis, malah mengingatkan banyak orang pada sosok Denilson.

Pada tahun 1998, dunia dikejutkan dengan pemecahan rekor transfer termahal untuk seorang pemain yang dilakukan oleh klub asal Spanyol, Real Betis. Klub asal Andalusia itu berani mengeluarkan uang sebesar 21,5 juta poundsterling untuk merekrut pemain berusia 21 tahun yang disebut-sebut sebagai salah satu bakat terbaik Brasil di eranya, yaitu Denilson de Oliveira Araujo.

Bakat Denilson memang istimewa. Pemain kidal itu memiliki dribel dengan kecepatan dan teknik tinggi. Pergerakannya tak dapat ditebak dan selalu menjadi momok bagi barisan pertahanan lawan. Sekali beraksi, dua sampai tiga orang dengan mudah ia lewati. Bila mengambil istilah dari bola basket, ia bisa kita sebut sebagai seorang ankle-breaker. Kemampuannya untuk mengubah arah seketika saat sedang berlari dengan kecepatan tinggi, berpotensi membuat lawan terjungkal, atau bahkan mengalami cedera engkel bila tak hati-hati.

Bersama dengan Ronaldo, ia sukses bahu-membahu untuk membawa Brasil menjuarai Copa America 1997. Talentanya dihargai begitu tinggi, dan sama seperti Neymar saat ini, rasanya hanya masalah waktu saja sebelum ia ditasbihkan menjadi pemain terbaik dunia mengikuti jejak pendahulunya, Romario. Tapi tidak seperti kisah-kisah dalam dongeng yang berakhir indah, perjalanan karier Denilson berakhir antiklimaks.

Walau ia sukses membawa Brasil menjadi runner-up Piala Dunia 1998 pada musim panas sebelumnya, kiprahnya bersama Betis tak sesuai dengan ekspektasi banyak orang. Pada musim pertamanya bermain di Eropa, prestasi terbaik Denilson hanya lah membawa Betis ke posisi 11 di klasemen akhir kompetisi 1998/1999. Bencana malah tiba di musim kedua saat Betis harus terdegradasi ke Segunda Division karena hanya bisa mencapai posisi 18 di akhir musim. Denilson pun disebut-sebut sebagai pembelian terburuk yang pernah dilakukan sebuah tim asal Spanyol.

Setelah sempat dipinjamkan ke Flamengo pada musim 2000/2001 untuk mengurangi beban gajinya yang begitu besar, Betis memutuskan untuk menjualnya pada 2005 kepada klub Perancis, Bordeaux, dengan nilai yang tak disebutkan. Setelah bermain selama satu musim, Bordeaux tak berniat untuk memperpanjang kontraknya akibat permintaan gaji yang terlampau besar. Sejak itu, Denilson terus melanglang buana untuk bermain bagi klub-klub di seluruh penjuru dunia.

Ia sempat bermain sebanyak 15 kali bagi klub Arab Saudi, Al-Nasr, sebelum kembali pindah ke klub Amerika Serikat, FC Dallas. Di sana, Denilson kesulitan untuk beradaptasi dengan rekan-rekan barunya. Ia hanya bisa mencetak satu gol tanpa satupun produksi assist dalam delapan pertandingan bersama Dallas. Pada Februari 2008, ia memutuskan untuk pulang kampung dan bermain bagi klub Brasil, Palmeiras, dengan harapan untuk dapat mengembalikan performa terbaiknya.

Walau sering menghabiskan waktu di bangku cadangan, ia berhasil membawa Palmeiras menjuarai Sao Paolo State Championship 2008. Setelah itu, ia menandaskan ambisinya untuk bermain kembali di Eropa. Sayangnya, niat itu tak terwujud dan ia kembali menjadi kutu loncat dengan meneken kontrak selama tiga bulan bagi Itumbiara tanpa bermain sekalipun. Lalu ia pindah ke Xi Mang Hai Phong untuk menjadi pemain termahal sepanjang sejarah klub Vietnam. Di sana, ia hanya bertahan selama tiga minggu dan bermain dalam satu pertandingan dari bangku cadangan dengan mencetak satu gol saja.

Pada Januari 2010, Denilson bergabung dengan klub Yunani, AO Kavala, tapi kembali dilepas tiga bulan kemudian tanpa pernah bermain di lapangan. Saat ini, ia telah pensiun sebagai pesepakbola. Walau sempat tampil lima kali dari bangku cadangan pada Piala Dunia 2002 dan membantu Brasil menjuarai turnamen akbar tersebut, karier Denilson benar-benar dianggap sebagai sebuah kegagalan besar.

Denilson yang sempat disebut memiliki kaki kiri lebih mematikan dari legenda Argentina, Diego Maradona, tak bisa menanggung beban ekspektasi begitu besar yang disematkan padanya. Ia lebih sering bermain untuk dirinya sendiri dibanding bagi tim secara keseluruhan. Ia tak bisa menjalin kerja sama yang baik dengan rekan setim, cenderung egoistis saat mengolah bola, dan tak bermain baik dari segi taktik. Dengan teknik olah bola begitu tinggi, Denilson mungkin akan berhasil bila berkarier sebagai pesepakbola freestyle, tapi sebagai pesepakbola profesional, ia tak akan bisa sukses.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timnas U23 Indonesia Tiba di Tanah Air: Disambut Kalungan Bunga dan Suporter

Timnas U23 Indonesia Tiba di Tanah Air: Disambut Kalungan Bunga dan Suporter

Liga Indonesia
Hasil Practice MotoGP Perancis 2024, Marc Marquez Gagal Lolos Q2

Hasil Practice MotoGP Perancis 2024, Marc Marquez Gagal Lolos Q2

Motogp
Hasil Serie B: Como 1907 Promosi, Jay Idzes dan Venezia Berjuang di Playoff

Hasil Serie B: Como 1907 Promosi, Jay Idzes dan Venezia Berjuang di Playoff

Liga Italia
BWF Rilis Daftar Atlet Lolos Olimpiade Paris, Indonesia Punya 6 Wakil

BWF Rilis Daftar Atlet Lolos Olimpiade Paris, Indonesia Punya 6 Wakil

Badminton
Rafael Struick Terpilih Jadi 'Future Star' Piala Asia U23 2024

Rafael Struick Terpilih Jadi "Future Star" Piala Asia U23 2024

Timnas Indonesia
Jadwal Liga Inggris, Man United Vs Arsenal Besok Malam

Jadwal Liga Inggris, Man United Vs Arsenal Besok Malam

Liga Inggris
Hasil Frosinone Vs Inter Milan, Nerazzurri Pesta 5 Gol

Hasil Frosinone Vs Inter Milan, Nerazzurri Pesta 5 Gol

Liga Italia
Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Pernyataan Resmi Kylian Mbappe, Umumkan Kepergian dari PSG

Liga Lain
Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Timnas Brasil Tetapkan 23 Nama untuk Skuad Copa America 2024

Internasional
Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Faisal Halim Penyerang Timnas Malaysia yang Disiram Air Keras Sukses Jalani Operasi Ketiga

Sports
Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Kurniawan DY Kutuk Keras Serangan Rasial kepada Guinea, Coreng Wajah Indonesia

Timnas Indonesia
Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Man United Vs Arsenal, Setan Merah Akan Dilibas di Old Trafford

Liga Inggris
Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Strategi demi Wujudkan Mimpi Timnas Indonesia ke Olimpiade

Timnas Indonesia
Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Jadwal Timnas Indonesia di Tournoi Maurice Revello 2024

Timnas Indonesia
Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Indonesia Vs Guinea, Respons PSSI soal Shin Tae-yong Kena Kartu Merah

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com