Ibra memang bukan pemain sembarangan. Ia adalah top skor Serie A musim 2008/2009 dengan 25 golnya sepanjang kompetisi. Pemain asal Swedia ini juga sukses meraih lima gelar Serie A berturut-turut dalam lima tahun bersama Juventus dan Inter Milan, walau dua gelarnya bersama "Si Nyonya Tua" harus dicabut akibat kasus calciopoli.
Selain itu, ia dikenal sebagai pesepakbola berteknik tinggi dan kuat dalam adu fisik dengan pemain lawan. Tingginya yang mencapai 195 cm juga membuatnya unggul dalam duel udara. Pertukarannya dengan Eto’o plus sejumlah uang tunai dirasa pantas untuk melabuhkannya ke Camp Nou.
Ibra datang ke Barcelona bersama beberapa pemain baru lainnya seperti Maxwell dan Dmitro Chigrinskiy. Maxwell hadir untuk menggantikan kekosongan akibat hijrahnya bek gaek Sylvinho ke Manchester City. Ia juga akan memanaskan persaingan dengan Eric Abidal, bek kiri reguler musim sebelumnya. Sementara itu, duet bek tengah Puyol-Pique, dibuat "risau" hidupnya dengan kedatangan Chigrinskiy, bek andalan Shakhtar Donetsk.
Kedatangan para pemain baru tersebut juga diharapkan dapat menambah variasi permainan Barcelona sehingga tidak mudah tertebak gayanya oleh tim lawan di musim selanjutnya. Permainan Ibra yang tak mudah ditebak dengan gol dan umpan-umpan indahnya selama ini juga dianggap akan cocok dengan permainan atraktif Barcelona.
Awalnya, Ibra sukses merajut harapan akan kesuksesan dengan mencetak tujuh gol dari tujuh penampilan pertamanya bagi Barcelona. Akan tetapi, sejak didera cedera, ia kesulitan untuk tampil konsisten dan menampilkan performa terbaiknya seperti di Inter dahulu. Ambisinya untuk meraih gelar tertinggi Eropa pun kembali pupus setelah timnya tersingkir di babak semifinal Liga Champions oleh mantan klubnya sendiri, Inter. Walau ia berhasil membawa Barcelona mempertahankan trofi La Liga, penampilannya dianggap jauh dari ekspektasi fans.
Pelatih legendaris Italia, Arigo Sacchi, menyatakan pendapatnya tentang kegagalan Ibra di Barcelona. "Barcelona membuat sebuah kesalahan dengan mendatangkan Ibrahimovic. Dia seorang pemain yang fantastis secara individu. Tapi dalam tim, dia merugikan pemain lain agar dapat menyatu dengan sistem," ujar Sacchi.
Mantan pemain Ajax itu mencoba membela diri dengan mengatakan bahwa Guardiola adalah penyebab utama turunnya performa dirinya. "Berkat Barcelona saya mengerti bahwa peruntungan bisa berubah dengan cepat di sepak bola. Masalah saya di Nou Camp hanya satu, sang filsuf (Guardiola), lainnya tidak ada masalah," ungkap Ibra.
"Pada awalnya tidak ada yang menilai penampilan saya buruk, semua istimewa. Akan tetapi enam bulan kemudian sesuatu terjadi, saya tidak tahu apa. Saya menunggu reaksi, tetapi Guardiola enggan berbicara dengan saya sejak Februari 2010. Jika Anda tidak memiliki sosok yang bisa menyuntikkan motivasi, Anda lebih baik tidak usah bertarung. Untuk alasan itu lah pelatih dihadirkan."
Banyak orang percaya bahwa Guardiola tidak senang akan sikap Ibra yang individualistis. Hal itu akibat permainannya yang tidak bisa menyatu dengan tim. Saat kehilangan bola, ia juga jarang berlari kembali ke daerah pertahanan sendiri untuk merebut kembali penguasaan bola.
Setelah mendepak Ibra ke Milan, Barcelona mendatangkan top skor timnas Spanyol sepanjang masa, David Villa, di awal musim 2010/2011. Villa yang menjadi tumpuan lini serang Valencia dalam beberapa tahun terakhir, dianggap lebih sesuai dengan gaya permainan kolektif Barcelona. Hal itu karena ia sendiri sukses menjalin kerja sama dengan para pemain tim Catalan itu saat mereka bahu-membahu di timnas Spanyol untuk merengkuh gelar Piala Eropa 2008 dan Piala Dunia 2010.