Villa sendiri sukses meraih 2 trofi Copa Del Rey, masing-masing sekali bersama Real Zaragoza dan Valencia. Selama lima tahun bermain di Valencia, ia berhasil membangun karier sebagai salah satu penyerang paling berbahaya di Eropa dengan mencetak 108 gol dari lebih dari 160 pertandingan yang dilewati. Dengan berbagai trofi dan penghargaan individu yang ia raih selama ini, Barcelona pun berani membayarkan 40 juta euro sebagai tebusan untuk membawanya ke Camp Nou.
Selain Villa, Javier Mascherano dan Adriano Correia juga dihadirkan untuk menambah kedalaman serta meningkatkan kompetisi internal tim. Sergio Busquets yang musim sebelumnya sukses mematenkan posisi sebagai gelandang bertahan di lini tengah Barcelona, mendapat giliran untuk "diuji" oleh Guardiola. Ia akan bersaing dengan Mascherano untuk mempertahankan posisinya tersebut. Sementara itu Adriano datang sebagai pelapis Abidal yang kerap didera cedera dan Maxwell yang tak konsisten performanya.
Hasilnya, Villa sukses menyatu dalam tim dan menjadi pilihan reguler Guardiola dalam skema tiga penyerang bersama Pedro Rodriguez dan Lionel Messi. Ia berhasil mencetak 23 gol sepanjang musim tersebut untuk membantu tim meraih trofi La Liga dan Liga Champions. Walau jumlah golnya dalam semusim hanya lebih baik dua angka dari jumlah gol Ibra musim sebelumnya, ia dianggap sukses mengimbangi permainan "tiki-taka" ala Barcelona dan tampil baik secara keseluruhannya.
"Saya sangat cocok dengan gaya permainan Barca. Semua pemain di dunia ini akan merasa mudah ketika bermain bersama Messi. Dia benar-benar membuat orang-orang di sekitarnya menjadi lebih baik," ujar Villa.
Sementara itu, Adriano dan Mascherano belum bisa menjadi pilihan utama dalam skema permainan Guardiola. Adriano masih menjadi pelapis Abidal, dan Mascherano pun harus rela berganti posisi menjadi bek tengah untuk menggantikan rekan-rekannya yang cedera.
Menjelang dimulainya musim 2011/2012, Guardiola kembali menjalankan aksinya. Pedro yang berhasil menggantikan peran Thierry Henry sebagai penyerang sayap dan bermain reguler sepanjang musim lalu, dihadapkan pada persaingan baru dengan datangnya bintang asal Chili, Alexis Sanchez. Sanchez dikenal sebagai pemain berteknik tinggi dan berhasil membawa Udinese meraih jatah terakhir kualifikasi Liga Champion musim depan. Ia didatangkan dengan nilai 26 juta euro dan akan mengenakan seragam bernomor punggung 9 di tim barunya itu.
Di musim-musim sebelumnya, para pemain baru yang dihadirkan Barcelona cenderung menemui kesulitan untuk menembus tim utama. Mascherano, Ibrahim Afellay, Maxwell, Chirginskiy dan Hleb harus memendam asanya untuk tampil di lapangan karena kalah bersaing dengan Busquets, Pedro, Abidal, Pigue, Puyol, Xavi dan Iniesta. Ibra pun tampil melempem dan hanya bertahan setahun di sana. Bisa dikatakan, hanya Alves dan Villa yang benar-benar sukses meraih kepercayaan Guardiola serta menjadi pilihan pertama di pos bek kanan dan penyerang tengah.
Kenyataan itu tidak membuat Guardiola ragu untuk mendatangkan kembali bintang berharga mahal dalam diri Sanchez. Karena biarpun Sanchez gagal menempatkan diri dalam tim utama, kehadirannya berpotensi mendongkrak performa anak-anak lama Guardiola untuk tampil maksimal mempertahankan posisinya. Itulah resep jitu Guardiola dalam meramu tim, yaitu menghadirkan sebuah persaingan sehat dalam tim untuk memaksimalkan talenta para pemainnya, serta membuat mereka tidak cepat berpuas diri.
Sikap berpuas diri memang berbahaya bagi para pemain Barcelona yang sudah mendapatkan segalanya di level klub dan juga internasional. Suasana kompetitif yang dibangun oleh Guardiola jelas bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa lapar anak-anak didiknya tersebut. Bisa kita katakan, Barcelona ala Guardiola adalah Barcelona yang selalu lapar dan tak pernah puas. Mengerikan, bukan?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.