Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Turbulensi Pasca-Mourinho

Kompas.com - 19/07/2011, 20:57 WIB

Alasan ketiga adalah kualitas individu dari Mourinho sendiri. Ketika datang ke suatu klub, ia selalu sukses membangun hubungan interpersonal yang sangat baik dengan para pemain dan staf yang ada. Ia juga terkenal sebagai orang yang perfeksionis dalam menyiapkan diri sebelum pertandingan. Analisis yang mendalam terhadap kelemahan lawan serta kata-kata motivasinya kepada para pemain asuhannya begitu luar biasa.

Kemampuannya menerapkan taktik berbeda untuk lawan berbeda untuk meraih kemenangan, juga mengagumkan. Mourinho juga bisa membangun mental juara di benak para pemainnya. Oleh karena itu, wajar bila banyak orang yang merasa kecewa ketika mereka ditinggalkan olehnya.

Hal ini juga diakui sendiri oleh Marco Materazzi. Sebelum masuk ke lapangan dalam pertandingan final Liga Champions 2009/2010 melawan Bayern Muenchen, ia sempat berusaha membujuk Mourinho untuk tetap tinggal di Inter.

"Aku berbicara sebelum masuk ke lapangan. Aku berucap, 'Aku mohon bertahanlah. Kau tidak akan dicintai sebanyak di sini'. Kemudian ia menangis, dia bilang, 'Aku harus pergi'. Lalu aku masuk ke lapangan. Setelah itu, aku pun menitikkan air mata juga," cerita Materazzi kepada La Gazzetta dello Sport.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com