Pentingnya kualitas kompetisi ini diakui pula oleh Fatih Chabanto, Business Development PT Arena Zentha selaku konsultan marketing yang mengurus kontrak sponsor Djarum dengan PSSI. Djarum kembali terlibat sebagai sponsor pada tahun 2005. Kontrak berlaku selama tiga tahun dengan opsi privilese perpanjangan. Nilai kontrak untuk tahun 2011 mencapai Rp 40 miliar.
Dengan jumlah dana puluhan miliar rupiah yang telah dikeluarkan, sponsor berkepentingan agar liga diselenggarakan seprofesional mungkin. Berbagai masalah teknis yang menghambat pelaksanaan liga—seperti jadwal kompetisi yang terus berubah dan pelanggaran yang mengakibatkan partai usiran—berpotensi merugikan sponsor.
Juru bicara Liga Primer Indonesia, Abi Hasantoso, menilai, sulit mengubah kebiasaan yang sudah telanjur dipelihara PSSI. Karena itu, PT LPI menggunakan konsep klub sebagai pemilik saham. Targetnya, klub bisa mandiri dalam lima tahun.
LPI kini sudah menggandeng sejumlah perusahaan multinasional sebagai mitra kerja, antara lain Coca-Cola, Microsoft, Air Asia, dan Unilever.
”Semangatnya, kompetisi sehat, pemain termotivasi, dan ada biaya untuk pembinaan pemain usia muda. Inilah industri sepak bola yang sehat,” ujar Abi.