Anak H Masa, H Zaini yang sudah mewarisi warung itu sejak lima tahun lalu, mengaku sama sekali tidak merahasiakan resep pembuatan sayur asem di warungnya. Agar tidak membuat adonan sayur menjadi keruh, buah asem di warung H Masa sengaja dimasukkan ke dalam plastik berlubang sebelum dicampur dengan sayur-sayuran dan bumbu lainnya. Dengan cara ini, buah asem tidak hancur.
Demi mengontrol kualitas, H Matalih dan H Zaini masih menyempatkan waktu berbelanja ke pasar setiap hari. Setiap pagi, mereka berburu sayuran segar dengan kualitas bagus. H Matalih membelanjakan Rp 3 juta per hari untuk membeli bahan baku sayuran, sedangkan H Zaini menghabiskan hingga Rp 6 juta. Proses pemasakan sayur asem hanya membutuhkan 1-1,5 jam.
Dari hasil penjualan sayur asem, H Zaini bisa memperoleh keuntungan bersih Rp 5 juta-Rp 8 juta per hari. Dia menjual sayur asem seharga Rp 7.000 per mangkuk. Harga itu baru saja naik dari sebelumnya Rp 5.000. Kenaikan harga ternyata tidak memengaruhi jumlah pengunjung di warung H Masa. H Zaini mencatat jumlah pengunjung pada hari minggu 400-500 orang dan 100-300 orang per hari pada hari kerja.
H Matalih juga baru saja menaikkan harga sayur asemnya dari Rp 4.000 menjadi Rp 5.000 per piring. Biasanya dia menaikkan harga sayur asem setahun sekali dengan rentang kenaikan harga Rp 500-Rp 1.000. Selain sayur asem, pengunjung disuguhi tempe goreng, tahu goreng, serta lauk lain, seperti ikan mas, ikan mujair, bandeng, dan bakwan udang dengan harga Rp 7.500.
Di warung H Masa, sebagian menu pendamping, seperti ikan bumbu taoco, ikan bumbu kuning, jengkol semur, dan pepes juga makin digemari konsumen. Ikan bumbu taoco dengan harga Rp 10.000-Rp 15.000 per ekor, misalnya, menjadi menu favorit yang biasanya dipesan sebagai menu utama, bukan sebagai lauk pendamping sayur asem.
Warung H Masa buka dari pukul 09.00-18.00 setiap hari, kecuali hari Jumat. Selain hari Jumat, warung H Masa juga libur selama satu bulan pada bulan Ramadhan serta hari raya Idul Adha. Pelanggan sayur asem di warung H Matalih bisa menikmati sajian khas Betawi ini setiap hari dari pukul 08.00-16.00. H Matalih hanya meliburkan diri selama 40 hari pada bulan Ramadhan dan 10 hari jelang Idul Adha.
Berbekal kepercayaan, pemilik warung membebaskan pelanggannya mengambil sendiri beragam lauk yang disediakan di atas meja panjang atau di kaca etalase makanan. Suasana nyaman ketika bersantap ini pula yang menyebabkan konsumen betah berlama-lama nongkrong di warung sembari ngobrol setelah kerinduan pada kesegaran sayur asem terobati.