Yesayas Oktovianus
Menarik menyorot sejumlah persoalan yang kemungkinan mewarnai kongres tahunan PSSI di Tanah Lot, Bali, tanggal 20-23 Januari ini. Ada beberapa masalah yang menggantung dan mengganggu serta membutuhkan penanganan ekstra serius agar tidak mendatangkan persoalan lebih besar. Kerikil-kerikil yang bakal mengemuka itu, antara lain, adalah persoalan tiga klub Liga Super Indonesia, yakni Persibo Bojonegoro, Persema Malang, dan PSM Makassar, yang mengundurkan diri dari keikutsertaan mereka di kompetisi LSI.
Lainnya, keikutsertaan Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dalam mendukung kompetisi Liga Primer Indonesia (LPI). Keterlibatan BOPI dalam hal memberikan rekomendasi bagi bergulirnya LPI membuat PSSI ”kebakaran jenggot” dan menarik perhatian FIFA yang kemudian mengancar-ancar menjatuhkan hukuman pembekuan terhadap Indonesia. FIFA
Berbicara mengenai tiga tim di atas, ketiganya masih berhak atas suara mereka di kongres saat ini. PSSI tidak bisa dengan semena-mena menghilangkan hak
Persibo, Persema, dan PSM benar telah keluar dari kompetisi Liga Super Indonesia (LSI), tetapi mereka tidak pernah keluar dari PSSI. Surat pengunduran diri mereka ditujukan kepada PT Liga yang membawahi kompetisi LSI. Sementara surat pengunduran diri ke PSSI tidak pernah ada. Untuk itu, mereka masih tetap sebagai anggota yang sah dari PSSI. Persoalannya, mengapa PSSI tidak mengundang mereka ke kongres?
Dengan cara arogan dan itu yang selama ini dilakukan oleh PSSI, mereka langsung memutuskan mengeluarkan
Dalam Statuta PSSI, Pasal 17 mengenai pemecatan disebutkan: 1. Kongres dapat memecat anggota jika: a. Anggota tidak memenuhi kewajiban keuangannya kepada PSSI; b. Anggota secara serius telah melanggar Pedoman Dasar, peraturan-peraturan, instruksi atau keputusan-keputusan FIFA, AFC, dan PSSI. 2. Pemecatan menjadi sah apabila kongres dihadiri oleh suara terbanyak mutlak (50 % + 1) dari anggota yang mempunyai hak suara dan 3/4 (tiga per empat) dari yang hadir menyetujui pemecatan tersebut.
Merujuk pada pasal di atas, sekali lagi, PSSI baru bisa menjatuhkan hukuman kepada Persibo, Persema, dan PSM di kongres. Untuk itu pula, ketiga tim ini seharusnya diikutsertakan dalam kongres.
Kita tentu belum lupa bagaimana PSSI bersikap terhadap Persis Solo ketika tim dari Jawa Tengah ini memutuskan untuk mengundurkan diri dari kompetisi Divisi I musim 2010-2011 karena alasan keuangan. Seharusnya PSSI yang selalu mengklaim diri benar dan mengetahui regulasi sudah harus menjatuhkan hukuman degradasi, atau turun ke Divisi II, terhadap Persis Solo. Yang terjadi, PSSI justru memberikan promosi gratis kepada Persis Solo dan mereka kemudian kini bermain di Divisi Utama. Apakah ini tidak mencederai Statuta PSSI?