Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Balada Balotelli dalam Rasisme di Italia

Kompas.com - 14/01/2010, 02:48 WIB

Dengan total 23 gol dari 68 penampilannya bersama Inter, sudah sewajarnya jika dia dipanggil masuk Timnas Italia ke Piala Dunia 2010. Apalagi, Italia sedang krisis pemain depan. Namun, karena warna kulitnya, ceritanya bisa lain.

Rasisme yang sudah lama hidup di tanah Italia tidak melihat Balotelli dari keterampilan dan kemampuannya. Mereka hanya melihat warna kulitnya. Bahkan, saat tidak bermain bola pun, dia masih menjadi sasaran rasisme.

"Balotelli sangat sedih. Tapi, kemudian dia tak mau memikirkannya lagi. Ini salah satu kekuatannya. Tentu, saya tahu dia amat terluka. Jika dia akhirnya pindah ke klub luar negeri, ini karena rasisme itu. Dia mungkin ingin melarikan diri dari situasi menjijikkan itu," jelas saudari Balotelli, Cristina.

Menurutnya, Balotelli beberapa kali berpikir untuk meninggalkan Italia. Dia juga ingin tampil di Premier League, di mana rasisme di sana jauh lebih kecil dan jarang terjadi.

Rasisme di sepak bola Italia sudah lama berlangsung dan pihak yang berwenang terasa kurang tegas mengatasinya. Sehingga, selalu saja ada rasisme. Bahkan, dalam semusim bisa terjadi beberapa kali, baik lewat tulisan, teriakan, maupun aksi lainnya.

Pada 2001, striker asal Nigeria yang baru 18 tahun, Schengun Omolade, disambut tulisan rasisme saat membela Treviso. Suporter membentangkan spanduk bertuliskan, "Kami tak menginginkan pemain hitam di tim kami."

Omolade pun terpukul dan kemudian meninggalkan stadion. Sebelum kasus itu, di Roma juga terjadi rasisme. Sekolompok suporter membentangkan spanduk yang ditujukan kepada warga Yahudi, berbunyi, “Auschwitz Is Your Country; the Ovens Are Your Homes.” atau "Auschwitz adalah negaramu. Oven adalah rumahmu." Tahun 2005, defender asal Pantai Gading, Marc Zoro, sampai menangis karena dicaci suporter Inter Milan secara rasisme.

Setelah itu, banyak pembicaraan dan pembicaraan tentang rasisme. Hampir semua orang mengecam rasisme di Italia, tapi setelah itu terjadi lagi, lagi, dan lagi.

Sampai Rabu (16/1), ketika Inter bertandang ke Chiveo Verona, Balotelli kembali jadi sasaran rasisme suporter tuan rumah. Apalagi dia kemudian mencetak gol kemenangan Inter 1-0. Saat diganti, Balotelli seolah mengejek suporter dengan memberi tepuk tangan. Dalam wawancara dengan televisi, dia mengatakan bahwa suporter lebih sakit.

Atas sikapnya itu, dia diberi denda. Jika Inter Milan tidak mengajukan banding, maka rasisme di Italia meraih kemenangan atas Balotelli.

"Dia hanya memberi tepukan dalam dua detik. (Denda, Red) Ini sangat gila," kata saudara Balotelli lainnya, Corrado.

Memang, setelah itu Menteri Dalam Negeri Italia meminta federasi sepak bola Italia (FIGC) menerapkan aturan ketat kepada rasisme. Bahkan, pertandingan bisa dihentikan jika rasisme tetap terjadi. Namun, FIGC tampaknya keberatan dengan usul tersebut.

Entahlah, apakah rasisme dalam sepak bola Italia kembali hanya dibicarakan dan dibicarakan kemudian terjadi lagi, kita tunggu saja. Yang jelas, denda yang diberikan kepada Balotelli sudah menjadi keputusan lucu, sekaligus indikasi bahwa rasisme di Italia memang kurang mendapat penanganan serius. (Hery Prasetyo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Thailand Open 2024: Gregoria dkk Antisipasi Faktor Angin Saat Bertanding

Thailand Open 2024: Gregoria dkk Antisipasi Faktor Angin Saat Bertanding

Badminton
Harapan Pemain Persib soal VAR di Championship Series Liga 1 2023-2024

Harapan Pemain Persib soal VAR di Championship Series Liga 1 2023-2024

Liga Indonesia
Thailand Open 2024, Ester dan Komang Bawa Spirit Piala Uber

Thailand Open 2024, Ester dan Komang Bawa Spirit Piala Uber

Badminton
Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Bali United Vs Persib: Hodak Ogah Lihat Masa Lalu, Ujian Angin Kencang

Liga Indonesia
Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Patrick Cutrone Bawa Como Promosi, Kelahiran Kembali Titisan Inzaghi

Liga Italia
Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Indra Sjafri Buka Kans Pemain Keturunan Perkuat Timnas U20 Indonesia

Timnas Indonesia
Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Madura United Vs Borneo FC: Sape Kerrab Ogah Terbuai Memori Indah

Liga Indonesia
Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Skenario Man City dan Arsenal Juara Liga Inggris, Selisih Gol Bisa Menentukan

Liga Inggris
Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Bali United Vs Persib: Optimisme Hodak di Tengah Bayangan Rekor Buruk

Liga Indonesia
Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Demi Juara Liga Inggris, Pemain Arsenal Rela Jadi Suporter Tottenham

Liga Inggris
Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Tekad Satoru Mochizuki Tingkatkan Performa Timnas U17 Putri Indonesia

Timnas Indonesia
Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor 'The Invincibles' Pimpinan Wenger

Arsenal Cetak Sejarah, Lampaui Rekor "The Invincibles" Pimpinan Wenger

Liga Inggris
Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Bologna ke Liga Champions, Sejarah Motta, Fondasi Mihajlovic

Liga Italia
Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia Pantang Remehkan Filipina, Pemain U23 Jangan Kecil Hati

Timnas Indonesia
Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Klasemen Proliga 2024, Jakarta STIN BIN No 1 Putra, Popsivo Polwan Belum Terkalahkan

Sports
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com