Fondasi tembok kota lama, Batavia, di bagian selatan menjadi korban pembangunan terowongan penyeberangan orang (TPO) yang menghubungkan Stasiun KA Jakarta Kota (Beos) dan Museum Bank Mandiri.
Penghancuran benda cagar budaya itu salah satu bentuk tindak kejahatan. "Kan sudah jelas ada di UU (UU Benda Cagar Budaya tahun 1992). Pembangunan silakan, tapi bukan berarti boleh merusak sisa?sisa peninggalan," ujar Prof Dr Mundardjito, arkeolog senior Universitas Indonesia, Minggu (26/11/06).
Pekerjaan itu dilakukan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) DKI. Menurut Kasubdis Teknik Lalu Lintas dan Jalan Dishub DKI Muhammad Akbar, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan dan Permuseuman (Disbudmus) terkait pembangunan TPO itu.
Dari hasil temuan dan sejarah yang tertulis, banyak pihak percaya temuan itu adalah fondasi bekas tembok kota lama.
Sementara itu, Candrian Attahiyat, Kasubdis Pengawasan Disbudmus DKI melalui pesan pendek ke Warta Kota menyebutkan, "Bukan pondasi tembok tetapi pondasi sisa untuk pembangunan (gedung) Mandiri awal abad 20 yang dipendam." Candrian adalah satu?satunya orang yang diberi tanggung jawab perihal penggalian dalam rangka pembangunan/penataan di kawasan kota tua.
Di depan Museum Bank Mandiri itu ditemukan tumpukan batu alam, batu bata, serta balok?balok kayu sebagai tiang pancang (dolken) yang biasa digunakan di sekitar abad ke?17. Tumpukan itu berjajar memanjang dari depan museum ke arah Stasiun Beos layaknya tembok.
Warta Kota melihat balok?balok kayu itu diangkut/dipisahkan dari hasil kerukan tanah. Menurut Kartum Setiawan, salah satu staf di Museum Bank Mandiri yang melihat temuan itu secara langsung, "Saya lihat batu alam dan batu bata. Berjajar dan bentuknya seperti tembok. Tapi, tembok ini berhenti di situ (di depan Museum Bank Mandiri). Tembok itu memanjang ke arah Stasiun Beos." ujarnya.
Sementara itu, Max de Bruijn, sejarawan asal Belanda, mengatakan, fondasi gedung Museum Bank Mandiri itu terbuat dari beton, sedangkan fondasi tembok Batavia dari batu koral. Selain itu, di antara Stasiun Beos dan Museum Bank Mandiri sejak zaman Daendels tak ada lagi bangunan kecuali bangunan zaman VOC.
Dr Ing Hans Bonke, arkeolog dan sejarawan asal Belanda yang beberapa kali terlibat dalam penggalian arkeologi di Jakarta, menyatakan, "Dari titik lokasi temuan, bisa dipastikan itu adalah fondasi tembok Batavia. Yang pasti, jika tanah di sana digali hingga kedalaman 5 meter, itu pasti bukan fondasi gedung baru, tapi fondasi tembok."
Masih menurut dia, letak tembok kota lama bagian selatan ada di dekat Stasiun Beos, di sepanjang jalan arah ke stasiun sampai ke Gereja Sion. Temboknya sudah tidak ada karena dihancurkan di zaman Daendels.
Dia menambahkan, karena kawasan itu adalah rawa dan sifat tanahnya seperti di Belanda maka pembangunan tembok itu menggunakan sistem seperti di Belanda, yaitu menggunakan balok?balok kayu (dolken), batu alam, dan batu bata.