SEMARANG, SABTU - Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan hasil kerajinan tangan. Salah satunya adalah batik. Namun, saat ini muncul masalah baru, maraknya batik dari China yang membanjiri pasar di Indonesia termasuk di Kota Semarang.
Pemerintah diharapkan memerhatikan masalah tersebut, guna menjaga kelestarian batik dalam negeri. "Bahkan Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan, pihak-pihak yang terkait, khususnya Bea Cukai diharapkan mampu mencegah masuknya batik dari negeri lain yang dinilai ilegal tersebut," kata Suseno, S.Pd, dosen Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang (Unnes) di Semarang, Sabtu.
"Bagaimana pun Indonesia harus tetap waspada, jangan sampai kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi, yakni beberapa kesenian dan budaya asli Indonesia telah dipatenkan oleh negara lain," katanya.
Indonesia memang kurang begitu peduli dan waspada terhadap masalah-masalah tersebut, dan Pemerintah terkesan lamban dalam mengambil suatu kebijakan jika suatu masalah muncul.
Harusnya Pemerintah sudah mengambil ancangan guna menanggulangi hal-hal tersebut, katanya. Sementara itu, H. Abdullah, pedagang batik di Pusat Grosir Setono Pekalongan mengatakan, maraknya batik dari China belum begitu mengkhawatirkan, tapi juga patut untuk diwaspadai.
Selama ini permintaan batik Pekalongan dari luar kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Semarang masih cukup tinggi. Mungkin bagi masyarakat awam sulit untuk membedakan mana itu batik Pekalongan dan mana itu batik China, karena secara fisik terlihat hampir sama.
"Tetapi hal itu dapat dibedakan yaitu dari segi harga, batik China memang lebih murah dibanding batik Pekalongan, namun dari kualitas jelas batik Pekalongan lebih bagus," kata H. Abdullah.
Hal yang sama juga dikemukakan Tantri, seorang pecinta batik yang mengatakan, batik asli Indonesia khususnya batik Pekalongan jauh lebih bagus dari batik China.