KOMPAS.com - Penyerang Inter Milan, Marcus Thuram, bercerita tentang masa kecilnya di bawah bimbingan sang ayah, Lilian Thuram, yang tak lain merupakan seorang legenda Timnas Perancis.
Marcus Thuram merapat ke Inter Milan setelah kontraknya dengan Borussia Moenchengladbach habis pada akhir musim panas lalu.
Transfer pemain gratisan ini ternyata berbuah manis bagi kubu Inter Milan dan juga sang pemain.
Thuram menggelora bersama Nerazzuri dengan membukukan tujuh gol dan 10 assist dari 20 laga pertamanya.
Khusus di Serie A, ia terlibat dalam 17 gol (enam gol dan sembilan assist) dari 15 pertandingan pertama bersama Inter Milan.
Thuram membawa Inter ke jalur juara dengan kini memuncaki klasemen Serie A.
Menariknya, ia bisa saja tidak mengikuti jejang sang ayah menjadi pesepak bola. Hal tersebut baru berubah saat sang pemain menginjak usia remaja dan menunjukkan kebolehannya mengolah si kulit bundar.
"Dia tidak pernah menekan saya," ujarnya dalam sesi podcast dengan eks bek Inter Milan, Andrea Ranocchia seperti dikutip dari Tuttomercatoweb.
"Awalnya dia tidak ingin saya bermain sepak bola, pada usia 12-13 tahun dia menyerah karena saya bagus dan kemudian dia mulai membantu saya dan memberi saya nasihat."
Namun, Thuram juga mengatakan, sang ayah yang merupakan juara Piala Dunia 1998 dan Piala Eropa 2000 tersebut tak murah hati dalam memuji kemajuan karier sang pemain.
"Dia sangat tegas, dia tidak pernah memberi tahu saya ketika saya bermain bagus dan dia tidak menghujani saya dengan pujian," tutur pria berusia 26 tahun ini.
"Mungkin inilah yang membantu saya tumbuh dan belajar."
Thuram dan Inter Milan kini memimpin klasemen Serie A dengan perolehan 38 poin dari 15 laga.
Thuram membentuk kerjasama impresif dengan partnernya di lini depan, Lautaro Martinez.
Martinez memuncaki daftar pencetak gol Liga Italia dengan 14 gol.
Keduanya turut membantu menjadikan Inter Milan sebagai tim tersubur di Serie A sejauh ini dengan perolehan 37 gol dari 15 pertandingan.
https://bola.kompas.com/read/2023/12/11/05521148/marcus-thuram-soal-sang-ayah-ia-tak-ingin-saya-jadi-pemain-bola