Dia masuk jajaran pemain paling produktif yang sudah mencetak lima gol dan tiga assist dari 10 pertandingannya bersama tim.
Di balik kesuksesannya tersebut pemain bernama lengkap Paulo Domingos Gali da Costa Freitas itu hampir batal berkarir di Liga 1 Indonesia.
Cerita menarik tersebut disampaikan oleh sang agen, Aggy Eka Ressy.
Ia mengungkapkan sudah cukup lama tertarik untuk memboyong Timnas Timor Leste tersebut untuk bermain di Indonesia.
Ia dan timnya merasa pemainnya itu memiliki gaya permainan dan karakter yang sangat cocok dengan sepak bola Indonesia.
Namun usahanya mendapatkan tantangan yang sangat berat saat mulai mempromosikan Gali.
Seperti diketahui, Gali Frietas dikenal sebagai pemain yang kontroversial di mata publik sepak bola Indonesia.
Ia pernah menjadi antagonis Timnas Indonesia U16 di Piala AFF U-16 2019 karena aksi-aksi kontroversialnya saat bertanding melawan Marselino Ferdinan dkk.
Saat itu, ia juga santer dituduh melakukan pencurian umur. Ia didaftarkan berusia 14 tahun namun memiliki postur tubuh yang lebih tegap dari pemain seusianya.
Dia punya tato di bagian lengan tangannya, sebuah hal yang tidak biasa ditemukan pada anak berusia 14 tahun.
Selain itu, masalah lainnya karena ranking Timor Leste yang masih di bawah Indonesia. Fakta itu membuat banyak klub yang memandangnya sebelah mata.
"Karena masih aturan wajib Asia (bebas) untuk pemain asing Liga 1 maka susah bagi kami. Kebanyakan klub pilih Jepang, Korea dan Australia. Namun ketika wajib ASEAN, kami optimistis bahwa dia akan laku," kata Aggy kepada Kompas.com.
"Kami tawarkan ke hampir semua tim, mereka lebih tertarik pemain yang mixed dari Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand," jelas dia.
"Ketika kami tawarkan nama Gali tapi respon klub-klub saat itu kurang positif, mengingat timnas Timor Leste peringkatnya di bawah kita jauh. Ada isu soal pemalsuan umur dan paspor juga," imbuhnya.
Demi meyakinkan klub, Aggy Eka Ressy sempat merekomendasikan trial kepada pemain berusia 18 tahun itu. Namun ide tersebut ditolak karena dianggap membuang-buang waktu.
Pada posisi itu, ia sudah hampir menyerah untuk mengorbitkannya ke Indonesia.
Sampai akhirnya ia berkomunikasi dengan CEO PSIS Semarang, Yoyok Sukawi, satu-satunya orang yang percaya dengan kemampuan pemainnya.
"Kemudian Pak Yoyok lah yang percaya akan kemampuan mata scouting kami. PSIS ingin trial tapi kita meyakinkan bahwa tidak perlu trial untuk si Gali," ungkap pria yang biasa disapa Aggy.
"Dan akhirnya Pak Yoyok Lah yang punya jasa besar untuk si Gali Freitas," sambungnya.
Setelah itu semesta membuka jalan kepada Gali Frietas dan PSIS Semarang.
"Kami ceritakan ke Gali kondisi Liga 1 dan saya ceritakan soal PSIS , Pak Yoyok dan target PSIS. Tanpa pikir panjang, Gali menerima semuanya untuk berbaju Mahesa Jenar," paparnya.
Sedangkan pemain bernomor punggung 17 itu juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk membungkam orang-orang yang sudah meragukan dirinya.
Kini bersama Carlos Fortes dan Taisei Marukawa, ia menjadi trisula paling produktif di Liga 1 2023-2024.
https://bola.kompas.com/read/2023/09/06/22163468/cerita-gali-freitas-nyaris-tak-laku-di-liga-1-indonesia