Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dua Sisi Kepemimpinan Lampard di Chelsea: Dampak Baik dan Rekor Buruk

Pihak klub menjelaskan bahwa Frank Lampard dipecat menyusul rentetan hasil buruk yang menimpa klub berjulukan The Blues tersebut.

Bersama Frank Lampard, Chelsea hanya memetik dua kemenangan dalam delapan laga terakhir di Premier League, kasta tertinggi Liga Inggris.

Chelsea menderita lima kekalahan dan satu hasil imbang pada enam laga sisanya.

Rentetan hasil buruk itu membuat Chelsea tertahan di peringkat kesembilan klasemen Liga Inggris musim 2020-2021.

Mereka kini mengoleksi 29 poin, terpaut 11 angka dari Manchester United selaku pemuncak klasemen sementara.

Puncak masa kritis Frank Lampard sebagai pelatih Chelsea terjadi seusai takluk 0-2 di markas Leicester City, Rabu (20/1/2021).

Setelah itu, Lampard sejatinya mampu meraih hasil meyakinkan di pentas Piala FA kontra Luton Town.

Bermain di Stadion Stamford Bridge, Minggu (24/1/2021) malam WIB, Chelsea menang 3-1 atas klub peserta Championship, kasta kedua Liga Inggris tersebut.

Namun, kemenangan itu nyatanya tidak cukup untuk menyelamatkan Frank Lampard dari "sumbu pendek" sang pemilik, Roman Abramovich.

Roman Abramovich bersama dewan klub resmi memecat Frank Lampard pada Senin (25/1/2021) malam WIB.

Pria asal Rusia itu mengatakan bahwa pergantian manajer adalah langkah yang paling dibutuhkan klub saat ini.

"Ini adalah keputusan yang sangat sulit bagi klub, paling tidak karena saya memiliki hubungan pribadi yang sangat baik dengan Frank dan saya sangat menghormatinya," kata Abramovich, dikutip dari laman resmi Chelsea.

"Dia adalah pria dengan integritas tinggi dan memiliki etika kerja yang tinggi juga," ujar Abramovich.

"Namun, dalam situasi saat ini kami yakin bahwa yang terbaik adalah mengganti manajer," tutur Abramovich menjelaskan.

Pemecatan ini menjadi akhir perjuangan Frank Lampard sebagai pelatih kepala Chelsea.

Sejak ditunjuk sebagai juru taktik Chelsea (Juli 2019), Lampard telah merasakan dinamika sepak bola, dari kemenangan hingga kekalahan.

Apabila menilik lebih dalam, periode kepemimpinan Lampard di Chelsea memiliki dua sisi, yakni dampak baik dan sederet hasil minor yang kemudian mengkristal menjadi rekor buruk.

Dampak Baik

Frank Lampard ditunjuk sebagai pelatih Chelsea dengan ekspektasi tinggi yang menyertainya.

Dalam upaya menjawab ekspektasi itu, Lampard melakukan sejumlah terobosan terkait munculnya pemain muda di skuad utama The Blues.

Lampard adalah pihak yang bersikeras mengamankan bakat pemain muda asal Amerika Serikat, Christian Pulisic.

Setelah dibeli Chelsea, Pulisic sempat kembali dipinjamkan ke klub asal, Borussia Dortmund. Dia kemudian ditarik pada Juni 2019 dan menjadi salah satu pemain penting di bawah kepemimpinan Lampard.

Selama bermain untuk Lampard, Pulisic yang masih berusia 22 tahun mampu mengukir 13 gol dan 10 assist dari 51 penampilan.

Pulisic bukan satu-satunya pemain muda yang bersinar di bawah kepemimpinan Lampard. Terdapat satu pemain muda lain yang paling mencuri perhatian, yakni Mason Mount.

Mason Mount merupakan jebolan akademi Chelsea yang dipromosikan ke skuad utama berkat inisiatif Lampard.

Hasilnya, Mason Mount kini menjelma sebagai gelandang andalan The Blues. Dia telah membukukan 11 gol dan 12 assist dari 80 penampilan.

Tak berlebihan jika Mason Mount disebut sebagai aset berharga di kubu Chelsea.

Selain memberi dampak positif terhadap munculnya pemain muda, Lampard juga berhasil meloloskan Chelsea ke Liga Champions.

Squawka menulis, capaian itu terbilang impresif bagi Lampard yang baru satu musim menangani Chelsea.

Di bawah kepemimpinan Lampartd, Chelsea kembali tampil di Liga Champions setelah sempat absen pada musim 2018-2019 dan 2019-2020.

Rekor Buruk

Sisi lain dari kepemimpinan Frank Lampard adalah rekor buruk yang ia catatkan bersama Chelsea.

Pada Liga Inggris musim 2020-2021, Lampard sempat membawa Chelsea tak terkalahkan dalam sembilan laga beruntun.

Namun, catatan apik yang Lampard ukir seketika hancur setelah hanya mampu memetik dua kemenangan dalam delapan laga terakhir.

Lampard pun pernah mendapat hasil serupa pada musim sebelumnya.

Catatan ini seolah membuat Lampard terjebak dalam rekor buruk.

Apabila menghitung sejak resmi menjadi pelatih Chelsea, rata-rata poin per pertandingan yang mampu diraih Lampard di Premier League hanya mencapai 1,67 (57 laga).

Melansir Opta Joe, dia berada di urutan keempat dalam daftar pelatih Chelsea yang memiliki rata-rata poin per pertandingan terendah.

Catatan tersebut cukup membuktikan inkonsistensi Chelsea selama berada di bawah komando Frank Lampard.

https://bola.kompas.com/read/2021/01/26/06000068/dua-sisi-kepemimpinan-lampard-di-chelsea--dampak-baik-dan-rekor-buruk

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke