KOMPAS.com - Legenda AS Roma, Francesco Totti, mengutarakan bahwa ia hampir bergabung dengan Real Madrid pada era Los Galacticos. Namun, kesetiaan terhadap Presiden Sensi membatalkan niat tersebut.
Francesco Totti merupakan pangeran sejati kota Roma.
Sepanjang karier 25 tahunnya, ia hanya pernah memperkuat AS Roma.
Akan tetapi, Francesco Totti mengatakan bahwa hal tersebut bisa saja tak terjadi apabila ia menerima pinangan Real Madrid pada pertengahan 2000-an.
"Mimpi saya adalah tetap di Roma selamanya tetapi normal apabila ada ujian di tengah jalan," ujarnya dalam sebuah wawancara di Instagram.
Pertama, ia mengungkapkan usaha AC Milan merekrutnya ketika ia masih menjadi pemain junior di Roma.
General Manager AC Milan, Ariedo Braida, bahkan melakukan pendekatan langsung.
"Milan berupaya mendatangkan saya sebelum saya melakukan debut bersama Roma. Ariedo Braida datang ke rumah dan ia ingin mendatangkan saya ke Milan dengan segala cara," ujarnya.
Pada kesempatan terpisah, Toti mengutarakan bahwa sang ibu menjadi alasan ia batal bergabung bersama kubu San Siro.
"Benar, Milan siap mendatangkan saya pada usia 12 tahun. Kala itu, keluarga saya bilang tidak. Teruama ibu saya, ia orang lama yang posesif. Ayah saya bekerja sampai malam, ia ingin saya ada di rumah ketika itu," tuturnya.
Setelah itu, Francesco Totti mengutarakan bahwa kekecewaan mengulang kejayaan scudetto bersama AS Roma membuat sang pemain sempat memikirkan transfer ke Real Madrid era Los Galacticos.
Francesco Totti turut membawa AS Roma menjuarai Serie A pada 2000-2001.
Akan tetapi, scudetto itu menjadi satu-satunya gelar liga Totti bersama Roma.
"Ada masa di mana saya hampir meninggalkan Roma untuk ke Real Madrid pada 2004-2005. Saya di ambang transfer itu, semua praktis sudah dilakukan," ujarnya.
"Saya ingin menjadi juara. Kami memenangi scudetto tetapi kalah dua berikutnya. Kemajuan kami melambat, jadi saya ingin kami membeli pemain-pemain juara dan mendatangkan pelatih yang bisa memenangi trofi. Saya melihat banyak masalah," tutur pencetak gol kedua terbanyak sepanjang sejarah Liga Italia dengan 260 gol tersebut.
"Akan tetapi, Franco Sensi (Presiden AS Roma) sudah seperti ayah dan saya memberi segalanya bagi dia," ujar Totti lagi.
Hubungan baik bersama Sensi ini tak sama dengan apa yang ia rasakan pada akhir kariernya dengan Presiden Jim Pallotta.
Kendati belum siap pensiun dan ingin menetap di klub sebagai direktur, Totti merasa Palotta mendorongnya keluar dari klub.
"Pallotta tak pernah mengatakan bahwa ia ingin memberi saya kontrak baru. Ia hanya memastikan bahwa saya mendapat pesan tersebut. Sungguh mengecewakan karena saya telah menyumbang banyak bagi Roma dan saya ingin mendapat respek lebih," tuturnya.
"Akhirnya telepon itu datang dan dunia di sekitar saya runtuh," lanjut pria yang identik dengna nomor punggung 10 tersebut.
https://bola.kompas.com/read/2020/04/24/06200018/alasan-francesco-totti-menolak-real-madrid-era-los-galacticos
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan