Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semoga Shin Tae-yong Tak Menjadi Korban Tagar #Out Berikutnya...

JAKARTA, KOMPAS.com - PSSI sudah mengumumkan pelatih baru tim nasional Indonesia untuk tahun 2020 mendatang.

Dia adalah Shin Tae-yong, mantan pelatih timnas Korea Selatan.

Shin Tae-yong adalah salah satu pelatih Asia yang cukup berprestasi, baik di level klub maupun timnas.

Pria kelahiran 1970 itu pernah membawa Seongnam FC menjadi juara Liga Champions Asia pada musim 2009/2010.

Pada level timnas U-23, Shin Tae-yong juga sukses membawa Korsel melaju hingga perempat final Olimpiade Rio 2016 dan menjadi juara Piala Asia U-23 di tahun sama.

Pada Piala Dunia 2018 di Rusia, Tae-yong memang gagal membawa timnas Korsel lolos ke babak 16 besar.

Namun, ia berhasil mempersembahkan satu kemenangan impresif atas juara bertahan Jerman dengan skor 2-0 di laga terakhir fase grup.

Bermodal segudang pengalaman yang dimiliki, Tae-yong akan memimpin timnas Indonesia menjalani tiga laga sisa pada babak kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia Grup G.

Ujian yang sesungguhnya bagi Tae-yong adalah saat perhelatan Piala AFF 2020, akhir tahun depan.

Sejak pertama kali diselenggarakan tahun 1996, timnas Indonesia belum pernah sama sekali menjuarai turnamen antarnegara paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara itu.

Tae-yong adalah salah satu dari dua incaran utama PSSI untuk menjadi pelatih timnas.

Satu nama lainnya adalah Luis Milla, pelatih asal Spanyol yang sempat menangani timnas pada SEA Games 2017 dan Asian Games 2018.

Nama terakhir adalah pelatih yang sebenarnya juga berprestasi. Milla tercatat pernah menghantarkan timnas U-21 Spanyol menjuarai Piala Eropa U-21 tahun 2011.

Namun, Milla menyatakan tak bisa menjamin mampu meraih juara Piala AFF 2020. Hal itu dikemukakannya saat presentasi di hadapan para pengurus PSSI beberapa waktu lalu.

Sering Gonta-ganti Pelatih

Jika nantinya benar jadi datang ke Tanah Air, Tae-yong akan menjadi pelatih ke-12 timnas Indonesia hanya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Selama kurun waktu 20 tahun terakhir, timnas Indonesia memang kerap gonta-ganti pelatih.

Tak ada satupun pelatih yang diberi kesempatan menjalani program jangka panjang, karena pasti sudah keburu dipecat atau tak diperpanjang kontraknya jika gagal dalam sebuah turnamen.

Kondisi inilah yang sempat disoroti oleh legenda sepak bola Indonesia yang belum lama ini memutuskan pensiun, Bambang Pamungkas.

Melalui blog pribadinya, Bepe, demikian sapaan Bambang, sempat berujar bahwa seringnya pergantian pelatih adalah penyebab kekeringan prestasi di timnas.

Pada 2013 silam, Bepe sempat menyinggung mengenai kondisi tersebut dalam sebuah tulisan berjudul "Karma Sepak Bola Indonesia".

Menurut Bepe, terlalu seringnya timnas berganti pelatih menjadi faktor yang kerap dilupakan banyak orang.

Pasalnya, saat timnas tidak berprestasi, kebanyakan orang akan langsung menyebut iklim kompetisi di negeri ini yang kurang sehat dan profesional, kurang diperhatiakannya pembinaan usia dini yang berjenjang dan berkesinambungan, hingga amburadulnya sistem organisasi di PSSI.

Bepe menilai memang banyak faktor yang mempengaruhi kesuksesan timnas. Namun, salah satu yang paling disoroti adalah seringnya pergantian pelatih.

"Di antara banyak faktor tersebut, ada satu yang sering kali luput dari perhatian kita. Adakah di antara kita yang berpikir bahwa salah satu faktor yang membuat tim nasional Indonesia gagal adalah terlalu seringnya terjadi pergantian pelatih tim nasional?" ucap Bepe.

Sebagai contoh, Bepe menyinggung mengenai pergantian pelatih timnas hingga 15 kali hanya dalam waktu 15 tahun.

Ia memulainya sejak tahun 1998 saat perhelatan Piala Tiger (nama lama Piala AFF) tahun 1998, hingga 2013, atau setahun setelah ia memutuskan pensiun dari timnas.

Dalam kurun waktu tersebut, tercatat ada 12 orang pelatih yang sempat membesut timnas.

Menurut Bepe, terlalu seringnya timnas Indonesia berganti pelatih tentu berbeda dengan yang diterapkan timnas Singapura.

Ia menyebut sejak 2003 hingga 2013, timnas Singapura hanya dilatih oleh satu orang, yakni Radojko Avramovic.

"Hal yang ingin saya sampaikan adalah, tidak ada kah orang di Federasi Sepakbola Indonesia yang berpikir bahwa lama seorang pelatih menangani tim nasional, sangat berpengaruh dengan hasil yang akan diraih oleh tim nasional itu sendiri," ucap Bepe.

"Dalam hal ini kita bisa belajar bagaimana Singapura begitu yakin, percaya, dan menghargai Radojko sebagai seorang pelatih tim nasional. Raddy juga tidak luput dari kegagalan dalam beberapa turnamen, tetapi Federasi Sepakbola Singapura tetap yakin, sabar, dan percaya," kata dia.

Menurut Bepe, Radojko Avramovic adalah pelatih yang sempat mengalami beberapa kegagalan. Namun, ia tetap dipercaya Federasi Sepak Bola Singapura sampai akhirnya berhasil mempersembahkan tiga Piala AFF.

Ia kemudian membandingkannya dengan kondisi di Indonesia. Menurut Bepe, seorang pelatih tidak dapat mengimplementasikan ilmu serta keinginannya dengan maksimal jika langsung didepak setiap gagal dalam satu turnamen.

Tak cuma itu, terlalu seringnya pergantian pelatih menjadi kendala yang sangat besar bagi para pemain tim nasional.

"Setiap pelatih memiliki gaya dan karakter masing-masing. Sebagai contoh pelatih A memiliki gaya dan karakter bermain dengan warna merah, maka dia akan memilih pemain yang sesuai untuk mendukung sistem bermain warna merah."

"Namun, karena dianggap gagal dalam sebuah turnamen oleh PSSI, maka seketika akan diganti dengan pelatih yang baru."

"Pelatih baru, katakanlah si B datang dengan optimisme baru serta gaya dan karakter bermain warna Biru. Maka secara otomatis pelatih tersebut akan mengubah gaya bermain tim nasional, yang tadinya berwarna merah menjadi warna biru, sesuai dengan keinginannya. Di sinilah letak permasalahan yang sesungguhnya."

"Bagaimana sebuah tim dapat meraih hasil maksimal, jika belum juga khatam belajar bermain dengan warna merah, sudah harus dirubah menjadi berwarna biru. Belum lagi ketika dalam turnamen berikutnya, gaya berwain warna biru tersebut dianggap gagal. Maka kemungkinan besar akan datang lagi pelatih baru, yang mungkin membawa warna yang lain ke dalam tim nasional," sebut Bepe.

Bepe mengaku para pemain sebenarnya tertekan dengan seringnya pergantian pelatih timnas yang ia nilai disebabkan cara berpikir egois dari para pengurus PSSI.

Di sisi lain, ia menganggap masyarakat tidak akan mengerti dan peduli dengan hal tersebut. Pasalnya, ia menilai kebanyakan orang Indonesia hanya menginginkan prestasi diraih dengan cara instan.

"Orang Indonesia itu suka sesuatu yang instan, mie-nya instan, budayanya instan, suksespun maunya juga dengan cara yang instan. Hal ini yang menurut saya harus diubah," ucap Bepe.

Ucapan Bepe memang ada benarnya jika mengacu kondisi timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Milla tak diperpanjang kontraknya oleh PSSI setelah gagal mempersembahkan emas SEA Games 2017 dan hanya mampu sampai babak perempat final Asian Games 2018.

Kondisi paling tak mengenakan bahkan dialami Bima Sakti saat Piala AFF 2018, dan Simon McMenemy selama kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.

Keduanya menjadi korban tagar #out dari warga masyarakat setelah tak mampu memberikan hasil sesuai harapan.

Padahal, McMenemy juga punya prestasi yang lumayan, kendati tak sebaik Milla ataupun Tae-yong.

Pria Skotlandia itu pernah membawa timnas Filipina naik kelas dari tim pesakitan di ASEAN menjadi tim yang menembus semifinal Piala AFF 2010.

Filipina memang bukan negara yang punya kultur sepak bola yang kuat. Pada Piala AFF 2010, timnas Filipina bahkan tak bisa melakoni laga kandang di semifinal karena ketiadaan stadion yang layak.

Namun, di tangan McMenemy, Filipina mampu naik kelas dan kini menjadi salah satu tim yang diperhitungkan di ASEAN.

Di level klub, McMenemy juga sempat mempersembahkan gelar juara Liga 1 2017 untuk Bhayangkara FC.

Sebelum dipecat akibat selalu kalah di babak kualifikasi Piala Dunia 2022, Simon McMenemy sempat tak henti-hentinya mengeluhkan jadwal kompetisi Liga 1 yang dinilainya tidak ideal.

Ia sempat mengeluhkan kondisi pemainnya yang tidak dalam kondisi bugar.

"Tanpa mengurangi rasa hormat buat klub Indonesia, kondisi fisik pemain yang datang dari liga tak terlalu bagus," ujar McMenemy dalam sebuah kesempatan.

McMenemy sempat meminta kepada para pemegang kebijakan sepak bola nasional untuk duduk bersama menyelesaikan persoalan tersebut.

Pasalnya, McMenemy pun mengaku tak punya jawaban pasti terkait kondisi fisik jika semua pihak tak menuntaskannya secara bersama.

"Piala Dunia adalah kompetisi terbesar di dunia, jadi pemain hanya punya 60-70 persen kondisi fisik saat membela timnas di ajang itu," kata McMenemy.

"Saya rasa kami harus duduk bersama untuk mengevaluasi ini supaya tidak terjadi lagi," ujar McMenemy melanjutkan.

Jadwal Kompetisi Tak Ideal

Liga 1 2019 memang sudah usai. Namun, jika boleh melihat kembali ke belakang, kompetisi kasta tertinggi ini digelar dalam kurun waktu yang tidak ideal.

Pasalnya, 34 pekan pertandingan harus dilaksanakan sekitar delapan bulan, dimulai pertengahan Mei dan harus berakhir 22 Desember.

Itu belum termasuk libur lebaran, FIFA Match Day, benturan dengan jadwal Piala Indonesia dan Piala AFC, hingga penundaan akibat situasi politik dan keamanan.

Akibatnya, jarak antar satu pertandingan ke pertandingan berikutnya menjadi sangat sempit dan membuat pemain kelelahan.

Sejak dimulai hingga pertengahan kompetisi, tak terhitung ada berapa banyak pelatih klub yang mengeluhkan kondisi tersebut, sebagian di antaranya bahkan harus rela dipecat klubnya.

Start Liga 1 2019 pada bulan Mei bukanlah tanpa sebab. Sebenarnya, PT LIB menginginkan kompetisi dimulai bulan Maret.

Apabila dimulai Maret dan berakhir Desember, kompetisi berjalan dalam kurun waktu yang ideal, yakni sembilan bulan, sudah termasuk jeda saat FIFA Match Day.

Namun, pihak kepolisian ketika itu tak mengizinkan kompetisi dimulai sebelum Pemilihan Umum pada bulan April.

Akan tetapi, di sisi lain, kepolisian tak mempermasalahkan pelaksanaan Piala Presiden 2019 dari 2 Maret hingga 12 April.

Perhelatan Piala Presiden 2019 sempat membuat perhelatan Piala Indonesia musim 2018-2019 terhenti sejenak.

Kondisi seperti inilah yang mungkin membuat pihak klub mulai mewanti-wanti agar jangan sampai terulang kembali di tahun 2020.

Perhatian khusus ditujukan ke rencana penyelenggaraan Piala Presiden.

Direktur Teknik Bhayangkara FC, Yeyen Tumena, menilai bahwa kompetisi pramusim seperti Piala Presiden cukup mengganggu persiapan klub untuk memulai kompetisi resmi.

"Begini, kami saat memulai kompetisi itu ada namanya preseason. Preseason itu sering terganggu oleh turnamen pramusim, Piala Presiden, Piala Sudirman, dan lain-lain," tutur Yeyen, Jumat (13/12/2019), dilansir dari Antara.

"Performa pemain pada putaran pertama itu pada awal-awal tidak sesuai yang kami harapkan," katanya.

Tak cuma Yeyen, pelatih Persib Bandung, Robert Rene Alberts juga melontarkan hal serupa.

Pelatih asal Belanda itu menegaskan ketidaksukaannya terhadap waktu pelaksanaan Piala Presiden yang dilakukan pada masa pramusim.

"Jadi saya tidak tahu siapa yang menulis itu dan penerjemahan wawancara harus benar," tutur Alberts, dikutip dari Tribun Jabar pada Kamis (19/12/2019).

"Saya bicara dengan jelas bahwa Piala Presiden itu tidak bagus karena berkompetisi di pramusim, sebelum bertanding di kompetisi yang sesungguhnya," ucap dia lagi.

Thailand dan Malaysia adalah dua negara yang sudah mengumumkan jadwal kompetisi pada tahun 2020 mendatang.

Melalui laman resminya, operator Liga Thailand, Thaileague mengumumkan bahwa Liga Thailand 2020 untuk Divisi 1 dan Divisi 2 akan dimulai pada 14 Februari.

Kompetisi Liga Thailand 2020 dijadwalkan berakhir pada Oktober atau sekitar sebulan sebelum timnas Thailand berlaga di Piala AFF.

Demikian juga dengan Malaysia. Seluruh kompetisi dan turnamen selama 2020 di Negeri Jiran itu dilaporkan sudah dijadwalkan usai akhir Oktober.

Pada Piala AFF 2018, timnas Indonesia gagal total. Ketika itu, anak asuh Bima Sakti gagal lolos dari fase grup, setelah kalah dua kali, imbang sekali, dan hanya sekali menang, itupun atas Timor Leste dengan skor 4-2 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta.

Saat Piala AFF 2018, Liga 1 masih berjalan dan tidak sama sekali diliburkan karena harus mengejar rampung pada bulan Desember.

Jika melihat sederet fakta-fakta tersebut, mungkin tidak ada salahnya bagi kita mengingatkan kembali bahwa seorang pelatih tak akan mampu mengangkat prestasi timnas tanpa dukungan dari semua pihak, salah satunya penjadwalkan kompetisi yang baik.

Sebab, jangan sampai Shin Tae-yong menjadi korban berikutnya dari tagar #out jika nantinya gagal memberikan hasil sesuai harapan pada Piala AFF 2020 akhir tahun depan.

https://bola.kompas.com/read/2019/12/24/12200028/semoga-shin-tae-yong-tak-menjadi-korban-tagar-out-berikutnya-

Terkini Lainnya

Gratis! Nonton Final Euro 2024 Langsung di Olympiastadion Berlin, Cek Caranya

Gratis! Nonton Final Euro 2024 Langsung di Olympiastadion Berlin, Cek Caranya

BrandzView
Jadwal Playoff Indonesia Vs Guinea Menuju Olimpiade, Mulai Pukul 19.00 WIB

Jadwal Playoff Indonesia Vs Guinea Menuju Olimpiade, Mulai Pukul 19.00 WIB

Timnas Indonesia
Timnas U20 Bakal Ikut Turnamen di Perancis

Timnas U20 Bakal Ikut Turnamen di Perancis

Liga Indonesia
Selepas Kalah dari Irak, Timnas U23 Indonesia Dilarang Sentuh Bola

Selepas Kalah dari Irak, Timnas U23 Indonesia Dilarang Sentuh Bola

Liga Indonesia
Hasil Piala Uber 2024: Ester Menang Sengit, Indonesia Tembus Semifinal!

Hasil Piala Uber 2024: Ester Menang Sengit, Indonesia Tembus Semifinal!

Badminton
Indonesia Diminta Jadi Kandidat Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Basket U19

Indonesia Diminta Jadi Kandidat Tuan Rumah Kejuaraan Dunia Basket U19

Sports
Indonesia Vs Irak: Laga yang Menyulitkan dan Menentukan di 15 Menit Terakhir

Indonesia Vs Irak: Laga yang Menyulitkan dan Menentukan di 15 Menit Terakhir

Timnas Indonesia
Hasil Piala Uber 2024: Apri/Fadia Berjaya, Indonesia 2-0 Thailand

Hasil Piala Uber 2024: Apri/Fadia Berjaya, Indonesia 2-0 Thailand

Badminton
Gregoria Akhirnya Menang atas Intanon, Indonesia 1-0 Thailand

Gregoria Akhirnya Menang atas Intanon, Indonesia 1-0 Thailand

Badminton
Indonesia vs Irak: Dukungan Ali Jasim untuk Garuda Muda agar Tampil di Olimpiade

Indonesia vs Irak: Dukungan Ali Jasim untuk Garuda Muda agar Tampil di Olimpiade

Timnas Indonesia
Piala Asia U23, Saat Shin Tae-yong Masih Pertanyakan Kinerja Wasit…

Piala Asia U23, Saat Shin Tae-yong Masih Pertanyakan Kinerja Wasit…

Timnas Indonesia
Piala Asia U23 2024: STY Apresiasi Timnas Indonesia, Sebut Garuda Maju Drastis

Piala Asia U23 2024: STY Apresiasi Timnas Indonesia, Sebut Garuda Maju Drastis

Timnas Indonesia
Hasil Chelsea Vs Tottenham 2-0: The Blues Berjaya, Postecoglou Meradang

Hasil Chelsea Vs Tottenham 2-0: The Blues Berjaya, Postecoglou Meradang

Liga Inggris
Hasil Roma Vs Leverkusen 0-2: Dongeng Alonso Berlanjut, 47 Laga Tanpa Kalah!

Hasil Roma Vs Leverkusen 0-2: Dongeng Alonso Berlanjut, 47 Laga Tanpa Kalah!

Liga Lain
Shin Tae-yong soal Kedalaman Skuad Garuda dan 'Burnout' Pemain Jelang Laga Kontra Guinea

Shin Tae-yong soal Kedalaman Skuad Garuda dan "Burnout" Pemain Jelang Laga Kontra Guinea

Timnas Indonesia
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke