FIFA Keluarkan Sanksi Seumur Hidup kepada Mantan Pejabat Conmebol

Sanksi seumur hidup dari FIFA sejatinya sering terjadi kepada para oknum sepak bola yang melakukan pelanggaran berat, terutama berkaitan dengan hukum setempat.

Indonesia sendiri pernah mendapatkan sanksi seumur hidup dari FIFA kepada mantan bek timnas yakni Mursyid Effendi.

Kala itu Mursyid Effendi dinyatakan bersalah karena melakukan aksi ‘Sepak Bola Gajah’ dalam pertandingan Indonesia melawan Thailand dalam ajang Piala Tiger 1998 (sekarang piala AFF).

Kali ini Komite Etik FIFA kembali menjatuhkan sanksi Seumur hidup kepada tiga mantan pejabat Conmebol yang terbukti terlibat permasalahan hukum.

Ketiganya dinyatakan bersalah oleh karena kasus korupsi atas pemberian media yang menguntungkan serta terkait hak pemasaran untuk kompetisi besar.

Mereka adalah Eduardo Deluca, Jose Luis Meszner, dan Manuel Burga. 

Trio pria latin ini telah dilarang seumur hidup karena peran mereka dalam skema korupsi yang luas, FIFA telah mengumumkannya pada tengah pekan ini.

Hal ini dilaporkan salah satu media lokal Xinhua yang dikutip BolaSport dari Indiantvnews (15/11/2019).

Selain larangan seumur hidup pada semua kegiatan yang berhubungan dengan sepak bola, tiga orang ini juga didenda.

Masing-masing dari tiga orang ini harus membayar denda sejuta franc Swiss atau sekitar Rp 14,2 miliar.

Deluca dan Meiszner, yang sama-sama asal Argentina, keduanya sepat menjabat sebagai sekretaris jenderal Conmebol.

Sedangkan Burga yang kelahiran Peru adalah mantan anggota komite eksekutif (Exco) Conmebol.

Hukuman tersebut merupakan bagian dari tindakan keras global oleh pihak berwenang terhadap korupsi dalam sepak bola, yang telah menjerat beberapa pejabat tinggi organisasi olahraga ini.

Mantan Presiden Conmebol, Juan Napout, dan Eks Ketua Umum Federasi Sepak Bola Brasil (CBF), Jose Maria Marin, juga menerima hukuman seumur hidup awal tahun ini.

Saat ini, Juan Napout dan Maria Marin menjalani hukuman penjara di Amerika Serikat.

Sementara itu, Burga dibebaskan dari tuduhan persekongkolan oleh pengadilan New York pada Desember 2017. (Estu Santoso)