KOMPAS.com - Bek legendaris Juventus, Lilian Thuram, menyatakan bahwa otoritas sepak bola Italia tidak memiliki solusi untuk menanggulangi masalah rasisme.
Kasus rasisme kembali terjadi di kompetisi Liga Italia.
Kali ini, korbannya adalah striker anyar Inter Milan, Romelu Lukaku.
Lukaku mendapat perlakukan tidak menyenangkan saat Inter Milan menghadapi Cagliari pada pekan kedua Liga Italia 2019-2020 di Stadion Sardegna Arena, Senin (2/9/2019).
Pada laga yang dimenangi Inter Milan dengan skor 2-1 itu, Lukaku mendapat ejekan bernada rasial dari fans Cagliari saat hendak melakukan eksekusi penalti.
Kasus ini kemudian dikabarkan telah sampai ke telinga Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), bahkan FIFA.
Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada tindakan konkret yang dilakukan oleh kedua pemangku kebijakan.
Hal itu tentu saja menimbulkan reaksi dari beberapa pihak.
Salah satunya datang dari mantan bek Juventus, Lilian Thuram.
Dilansir dari laman Goal, Kamis (5/9/2019), Thuram mempertanyakan keseriusan para pengambil kebijakan dalam mengurusi kasus rasisme.
"Selama bertahun-tahun reaksinya selalu sama. Semua orang bilang ini adalah perkara serius, tetapi pada akhirnya tidak ada solusi sama sekali. Itu artinya, ada kemunafikan yang luar biasa," kata Thuram kepada Corriere dello Sport.
"Di Perancis, misalnya, wasit bisa menghentikan laga dan mengirim kedua tim ke ruang ganti ketika ada ujaran suara rasis dari penonton. Namun, di Italia, saya tidak pernah melihat ada tindakan konkret semacam ini," ujar Thuram.
Reaksi Thuram itu bisa dimaklumi karena sebelum Lukaku, ada Moise Kean yang menjadi korban dari kasus serupa.
Pelakunya pun sama, yakni fans Cagliari.
Thuram sendiri pernah berkarier 10 tahun di Italia bersama Parma dan Juventus.
Pria berkebangsaan Perancis itu memang terkenal vokal menyuarakan isu rasisme dan ketidakadilan sepak bola sejak aktif bermain hingga masa pensiunnya sekarang.
https://bola.kompas.com/read/2019/09/05/15200068/bek-legendaris-juventus-sebut-fifa-dan-figc-tak-becus-tangani-rasisme