Final saat itu mempertemukan Liverpool dan AC Milan.
The Kopites -sebutan pendukung Liverpool- mengenangnya sebagai Miracle Istanbul atau Keajaiban Istanbul.
Bagaimana tidak disebut dengan keajaiban?
Liverpool yang saat itu dipegang oleh Rafael Benitez tertinggal 0-3 dari AC Milan di 45 menit pertama.
Namun di babak kedua, Liverpool bangkit menyamakan kedudukan lewat goal sang kapten Steven Gerrard, Vladimir Smicer, dan Xabi Alonso.
Ya, Liverpool hanya membutuhkan waktu 15 menit di awal babak kedua saja untuk melakukan pembalasan.
Hingga pertandingan harus diselesaikan dengan adu penalti dan Liverpool keluar sebagai juaranya.
Final Liga Champions tahun 2020 mendatang, stadion berkapasitas 80.145 itu dipilih kembali mempertemukan dua klub terbaik dan konsisten dari 32 klub yang berhasil berpartisipasi.
Berbicara soal Liverpool yang berstatus juara bertahan pastinya memiliki motivasi lebih untuk mempertahankan gelarnya.
Terlebih, Liverpool dua tahun terakhir selalu merasakan suasana Final Liga Champions.
Tahun 2018, Liverpool harus takluk dari Real Madrid 1-3. Di mana dua gol Real Madrid akibat dari blunder fatal kiper Liverpool, Loris Karius.
Sementara satu-satunya gol Liverpool dicetak oleh Sadio Mane di menit 55.
Tahun berikutnya, all-England bertemu di pertandingan puncak kompetisi terbesar di benua biru itu.
Liverpool berhasil menundukkan Tottenham Hotspurs dengan skor meyakinkan, 2-0.
Catatan tersebut menjadi bukti konsistensi dari Liverpool yang juga masih ditangani oleh Jurgen Klopp.
Di sisi lain, Stadion Olimpiade Ataturk memiliki kenangan manis yang juga menambah semangat pemain Liverpool untuk mengulang sejarah.
Benar, Keajaiban Istanbul!
https://bola.kompas.com/read/2019/08/22/18200048/liverpool-keajaiban-istanbul-dan-final-liga-champions-2020