Neymar Tidak Dibutuhkan di Barcelona

KOMPAS.com - Kepulangan Neymar ke Camp Nou tidak direstui oleh legenda Barcelona, Hristo Stoickhov.

Neymar santer dikabarkan bakal segera meninggalkan Paris Saint-Germain (PSG) dan kembali ke Spanyol.

Tujuan utama bintang timnas Brasil ini adalah kembali ke mantan klubnya, Barcelona.

Rumor kepindahan Neymar semakin santer terdengar setelah Barcelona dikabarkan telah melakukan pembicaraan awal dengan pihak PSG.

Tiga delegasi Barcelona dikabarkan telah berbincang kepada Direktur Olahraga PSG, Leonardo Araujo, pada Selasa (13/8/2019).

Tiga orang yang dikirim Barcelona membawa amanah klub untuk menanyakan kans memulangkan Neymar pada bursa transfer musim panas 2019.

Hanya saja, ide mendatangkan si pemain ke Camp Nou ditentang oleh legenda Blaugrana, Hristo Stoichkov.

"Barcelona tidak butuh Neymar," ucap Stoichkov, seperti dikutip BolaSport.com dari stasiun tv Amerika Serikat, Univision.

"Tidak ada tempat di sana. Barca sudah punya pemain penting seperti (Luis) Suarez, (Antoine) Griezmann, (Lionel) Messi, dan (Ousmane) Dembele," tutur Stoichkov menambahkan.

Pria yang membela Barcelona pada selang 1990-1995 ini menilai, memboyong Neymar justru mendatangkan malapetaka buat Lionel Messi dkk.

"Akan ditempatkan di manakah Neymar nanti di tim mereka," tutur Stoichkov.

"(Bahkan) ia bakal menjadi sebuah bom di ruang ganti tim. Saya tidak ingin membawanya kembali ke klub," ujar Stoichkov.

Menurut laporan terbaru dari Marca, PSG menetapkan harga Neymar sebesar 250 juta euro (sekitar Rp3,9 triliun).

Hanya, harga tersebut dianggap masih terlalu mahal oleh Barcelona.

Demi mendapat harga miring, mereke manawarkan beberapa pemain seperti Samuel Umtiti, Ousmane Dembele, Ivan Rakitic, dan Philippe Coutinho.

Namun, dari keempat pemain tersebut, PSG cuma meminati Coutinho yang nilai pasarannya 90 juta euro (sekitar Rp1,4 triliun).

Andai Coutinho dimasukkan Barca ke dalam paket transfer, mereka mesti menambahkan 160 juta euro (sekitar Rp2,5 triliun) guna membawa pulang Neymar dari PSG. (Ahmad Tsalis).