Kekalahan tersebut terbilang sangat mengejutkan karena Liverpool menguasai jalannya pertandingan. Pasukan Juergen Klopp meraih penguasaan bola mencapai 70 persen dan melepaskan 21 kali tembakan dengan tiga mengarah tepat sasaran tanpa menghasilkan gol.
Situasi ini berbanding terbalik dengan Leicester. The Foxes, julukan juara Premier League 2015-2016 ini, hanya melakukan delapan tembakan tetapi lima mengarah ke gawang dan menghasilkan dua gol.
Fakta ini memberikan konfirmasi Liverpool tengah mengalami krisis untuk membobol gawang lawan, terutama pada tiga laga terakhir. Dalam jumlah pertandingan itu, Liverpool melakukan 80 kali tendangan di mana hanya 19 yang tepat sasaran dan cuma menghasilkan tiga gol!
Pada pertandingan Liga Champions melawan Sevilla yang berakhir dengan skor 2-2, Liverpool melakukan 24 kali usaha menjebol gawang lawan dengan total tujuh tembakan yang mengarah ke gawang.
Akhir pekan lalu saat ditahan imbang Burnley 1-1, The Reds tampil dominan dengan jumlah tembakan mencapai 35 kali sepanjang laga! Namun dari jumlah tersebut hanya sembilan yang tepat sasaran dan cuma menghasilkan sebiji gol melalui sontekan Mohamed Salah yang sempat berbelok arah karena mengenai pemain Burnley.
Dengan lini serang yang diisi nama-nama beken macam Sadio Mane, Salah, Daniel Sturridge dan Roberto Firmino, Liverpool sepertinya tak kesulitan untuk membuat peluang. Hanya saja penyelesaian akhir yang buruk membuat mereka masih dilanda paceklik gol.
Klopp sepertinya harus cepat membenahi penyelesaian akhir timnya jika tak mau banyak menyia-nyiakan banyak peluang dan kemudian menuai kekalahan seperti pada laga melawan Leicester.
Di sisi lain, pertahanan Liverpool pun sangat memprihatinkan karena mereka sudah kebobolan sembilan gol dari lima laga Premier League yang dilalui. Jumlah kemasukan ini lebih banyak dari tim juru kunci, Crystal Palace, yang kebobolan delapan kali.
https://bola.kompas.com/read/2017/09/20/08080058/liverpool-krisis-gol-80-tembakan-tapi-hanya-tiga-kali-menjebol