LONDON, KOMPAS.com - Manajer Chelsea, Antonio Conte, mengaku sempat mempertimbangkan keluar dari dunia sepak bola. Pikiran itu muncul saat dia dituduh terlibat pengaturan pertandingan.
Conte terlibat kasus pengaturan skor saat masih membesut Siena. Laga yang diduga diatur adalah saat melawan Albinoleffe pada kompetisi Serie B, 29 Mei 2011.
Saat itu, Siena menang 1-0 dan berhasil mendapatkan tiket promosi ke Serie A pada akhir musim. Conte dituding mengetahui adanya rencana pengaturan skor tetapi alpa melaporkannya kepada pihak berwenang.
Akibat kasus itu, Conte mengaku ingin keluar dari sepak bola. Namun, dia lebih memilih bertahan dan melawan segala tuduhan tersebut.
"Itu merupakan cerita buruk dari kisah hidup saya dan saya tidak menerimanya. Saya terus melawan cerita itu dan saya mempertaruhkan diri untuk berhadapan dengan hakim," kata Conte.
Setelah sidang panjang, pada Mei 2016, Conte terbebas dari tuduhan. Dia dianggap bersih dari keterlibatan dalam skandal pengaturan skor yang terjadi lima tahun silam.
Good morning from Minneapolis. We're off to training... #CFCTour https://t.co/qt8XhDuVIr
— Chelsea FC (@ChelseaFC) July 31, 2016
Kekuatan Conte melawan tuduhan tersebut tidak terlepas dari dukungan dari orang-orang yang dikasihinya.
"Semua orang tahu siapa Antonio Conte. Dalam situasi ini, saya selalu ingin menang dan saya bekerja keras untuk meraih kemenangan," tutur pelatih asal Italia tersebut.
Selain dukungan, yang membuat Conte bertahan di sepak bola adalah kenikmatan merasakan kemenangan. Perjuangan meraih kemenangan itulah yang akan Conte tanamkan kepada Chelsea dalam musim pertamanya di Stamford Bridge.
"Saya menemukan kedamaian setelah pertandingan saat meraih kemenangan. Oleh karena itu, saya bekerja keras dan menemukan solusi berbeda," ucap dia.
"Saya memberikan pilihan kepada pemain saya. Saat tim saya menang, saya merasa santai," ujar mantan pelatih Juventus itu.
Conte dinilai sebagai sosok perfeksionis. Sejumlah pemain Juventus mengaku bahwa Conte kerap kesal bahkan marah saat mengalami kekalahan.
"Kekalahan juga penting karena Anda dalam proses belajar. Anda berusaha menganalisis penyebab kegagalan meraih kemenangan," kata dia.
"Anda harus mengevaluasi diri Anda saat kalah. Namun, sekali laga saya tegaskan, meraih kemenangan adalah hal indah," tuturnya lagi.
Chelsea baru saja mengalami kekalahan dari Real Madrid pada International Champions Cup (ICC) 2016. Pada laga ketiga, pasukan Conte akan berhadapan dengan AC Milan pada Rabu (3/8/2016).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.It doesn't matter what shape the ball is for Kenedy... ???? #CFCTour https://t.co/Xm6ba5f3bx
— Chelsea FC (@ChelseaFC) July 31, 2016