BELO HORIZONTE, Kompas.com -Alejandro Sabella jarang merotasi pemain selama kualifikasi Piala Dunia 2014. Pelatih berusia 59 tahun ini membangun kestabilan tim nasional Argentina dengan menumbuhkan harmoni permainan seiring jumlah laga yang harus dijalani. Kestabilan itu untuk menopang sang bintang, Lionel Messi, supaya tampil maksimal.

Messi melesat menjadi pemain yang sangat berbahaya di skuad ”La Albiceleste”. Pemain Barcelona itu mencetak 10 gol selama kualifikasi. Dalam tiga laga putaran final di Grup F, Messi mencetak empat dari total enam gol Argentina.

Pemain berusia 27 tahun itu menjelma menjadi inspirator permainan, berbeda dengan peran bebasnya yang tidak efektif di Piala Dunia 2010 dan Copa America 2011. Pada dua turnamen itu, Messi tidak mencetak gol saat pertandingan berlangsung. Satu-satunya gol Messi adalah saat adu penalti melawan Uruguay di perempat final Copa America.

Sabella mengakui, ketergantungan pada Messi tak bisa dihindari tim ”Tango”. Semua tim yang memiliki pemain seperti Messi akan sangat bergantung pada sosok bintang itu.

Ketergantungan Sabella pada Messi adalah dengan ”mengalah” kepada si anak emas, yaitu dengan kembali ke formasi 4-3-3 setelah menerapkan pola 5-3-2 pada laga pertama melawan Bosnia-Herzegovina. ”Ide utamanya adalah membuat Messi bermain maksimal. Ia membutuhkan dukungan dari rekan-rekannya. Semakin besar dukungan, dia akan semakin baik,” ujar Sabella.

Sabella juga menyadari bahwa formasi 4-3-3 yang diterapkan tidak mengeksploitasi kemampuan terbaik Sergio Aguero yang dipasang di sisi lebar lapangan. Kini Aguero cedera otot kaki kiri dan tidak bisa tampil melawan Swiss pada babak 16 besar di Arena Corinthians, Sao Paulo, Selasa (1/7/2014).

Sabella harus mengubah tridente, yaitu Gonzalo Higuain, Messi, dan Aguero. Ezequiel Lavezzi jadi kandidat terkuat untuk mengisi posisi Aguero. Lavezzi biasa bermain di sisi lebar lapangan di Paris Saint-Germain.

Opsi ini akan diuji saat Argentina ditantang Swiss. Jika Higuain, Lavezzi, dan Angel di Maria kembali mencetak gol seperti di klub masing-masing, Sabella menemukan keseimbangan baru. Keseimbangan yang tidak terlalu bergantung pada Messi.

Argentina mulai berlatih taktik di pusat latihan milik klub Atletico Mineiro, Belo Horizonte, pada Sabtu dan Minggu pekan lalu. Latihan ini berlangsung rileks. Beberapa pemain beradu keterampilan memainkan bola. Messi, Higuain, dan Lavezzi berlatih bersama.

Di sesi latihan Minggu, mereka berlatih tendangan penalti. Sabella sepertinya terinspirasi duel Brasil dan Cile yang harus ditentukan melalui adu penalti. Messi, Di Maria, Lavezzi, Javier Mascherano, Martin Demichelis, dan Higuain bergantian mengeksekusi penalti melawan kiper utama Sergio Romero.

Romero akan menjadi pilar terakhir untuk menghentikan bola dari bomber Swiss, Xherdan Shaqiri. Pemain Bayern Muenchen itu dalam motivasi dan kepercayaan diri tinggi setelah mencetak hat-trick atas Honduras 3-0 pada laga terakhir Grup E.

Waspadai Shaqiri

Shaqiri harus diwaspadai karena dia mendapat dukungan dari bek kiri Stephan Lichtsteiner. ”Shaqiri sedang dalam permainan yang bagus dan kami harus berhati-hati,” ujar gelandang Argentina, Mascherano.

Pergerakan Shaqiri sulit ditebak karena dia sering bertukar posisi dengan Granit Xhaka dan bergerak di belakang ujung tombak Josip Drmic. Di sisi kiri serang Swiss juga ada Admir Mehmedi yang cepat. Di lini tengah, duet Valon Behrami dan Gokan Inler akan menjaga kedalaman.

Swiss pernah enam kali bertemu Argentina. Namun, mereka belum pernah menang. Pertemuan ketujuh ini akan menjadi pertarungan melawan sejarah bagi Swiss yang dipimpin pelatih senior Ottmar Hitzfeld.

Para pemain Swiss yang tampil di Brasil pernah merasakan sengatan Messi yang mencetak hat-trick internasional pertamanya di Bern, Februari 2012. ”Kami mempersiapkan diri menghadapi Messi, juga pemain yang lain. Tentu dia yang punya kemampuan menentukan hasil pertandingan,” ujar kiper Swiss, Diego Benaglio, kepada AFP di pusat latihan Porto Seguro.

Laga ini akan menjadi laga kandang bagi Swiss. Warga Brasil akan menjadi suporter tim yang melawan Argentina. Rivalitas Brasil dan Argentina membuat suporter Brasil berharap tetangganya itu kandas.