KOMPAS.com -Perancis siap memulai petualangan di Brasil tanpa Franck Ribery. ”Les Bleus” menjanjikan penampilan baru pada laga perdana mereka di Grup E melawan Honduras, di Stadion Beira-Rio, Porto Alegre, Brasil, Senin (16/6/2014) pukul 02.00 WIB. Suasana tim lebih kompak dibandingkan empat tahun lalu.

Piala Dunia 2010 adalah mimpi buruk bagi Perancis. Kondisi tim tercerai berai akibat pembangkangan sejumlah pemain senior. Tim ”Ayam Jantan” menempati posisi juru kunci Grup A, di bawah Uruguay, Meksiko, dan tuan rumah Afrika Selatan.

”Kami dalam tahap pembangunan kembali kesatuan tim. Masyarakat Perancis belum melupakan peristiwa memalukan empat tahun lalu. Namun, kami akan tunjukkan kepada mereka Perancis yang berbeda kali ini,” ungkap striker Olivier Giroud.

Hubungan antarpemain, baik di dalam maupun luar lapangan, terjalin lebih erat. Di bawah arahan pelatih Didier Deschamps, para pemain mencoba bermain dengan visi yang sama, selaras dengan pikiran dan suasana hati. ”Agar mampu melangkah sejauh mungkin di Brasil, kami perlu bekerja bersama,” kata Giroud.

Hanya saja, suasana yang harmonis itu agak terganggu dengan absennya Ribery yang tak dibawa ke Brasil karena cedera punggung. Ketiadaan pemain kunci Les Bleus itu masih mengguncang pemusatan latihan tim di Ribeirao Preto, Sao Paulo. ”Beberapa pemain masih belum percaya dia (Ribery) tak bersama kami. Ribery memegang peranan penting di kamar ganti karena ia berelasi baik dengan semua pemain. Kami kehilangan, tetapi akan berbuat yang terbaik tanpa dirinya,” kata pemain Arsenal itu.

Di tengah suasana itu, kabar baik menghampiri juara dunia 1998. Deschamps menemukan komposisi penyerang tajam pada trio Karim Benzema, Giroud, dan Mathieu Valbuena. Kolaborasi ketiganya menghadirkan kemenangan 8-0 atas Jamaika dalam uji coba terakhir, pekan lalu.

Perancis juga memiliki Antoine Griezmann, Mousa Sissoko, dan Remy Cabella yang piawai bermain sebagai penyerang sayap. Sementara dua gelandang jangkar, Paul Pogba dan Blaise Matuidi, bertugas meredam permainan keras yang menjadi ciri khas Honduras.

”Kami siap menghadapi permainan agresif lawan. Tak masalah mereka bermain keras asalkan wasit bertugas dengan adil,” tutur Deschamps, kapten saat Les Bleus menjadi kampiun Piala Dunia 1998.

Honduras bertekad memberikan perlawanan sengit terhadap Perancis, persis seperti saat mereka menahan imbang Inggris tanpa gol di laga uji coba pekan lalu. Saat itu, Carlo Costly dan kawan-kawan bermain tanpa rasa minder. Negara yang baru tampil di tiga Piala Dunia itu sukses meredam tim ”Tiga Singa” lewat permainan keras.

”Itu memang gaya kami. Kami bakal ’habis’ jika meladeni tim besar dengan permainan mengandalkan teknik,” ujar pelatih Honduras, Luis Suarez.

Ia pun meminta para pemain berusaha keras lolos ke babak 16 besar. Sebab, itu satu-satunya cara jika negara berpenduduk 7,9 juta jiwa itu ingin mencetak sejarah. Dalam dua kali keikutsertaan di Piala Dunia 1982 dan 2010, langkah Honduras selalu terhenti di fase penyisihan grup.

Nasib mereka kali ini rasanya tak akan banyak berubah. Tiga pesaing di Grup E, Perancis, Swiss, dan Ekuador, lebih berpengalaman di Piala Dunia.

Honduras juga hanya memiliki dua pemain yang tampil di liga Eropa, yakni Wilson Palacios (Stoke City) dan Roger Espinoza (Wigan Athletic). Selebihnya, Suarez hanya mengandalkan pemain yang berlaga di kompetisi lokal. (afp/bbc/fifa/riz)