Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/06/2010, 08:31 WIB
Oleh Sindhunata

Sejarah berulang, juga dalam dunia sepak bola. Pada 44 tahun lalu dalam pertandingan final Piala Dunia 1966, Inggris melawan Jerman, terjadilah peristiwa Wembley. Dan sekarang di Piala Dunia 2010 terjadilah peristiwa yang mirip Wembley, di Bloemfontein.

Waktu itu di Wembley, gol Geoff Hurst disahkan oleh wasit, padahal bola tidak jatuh di belakang garis gawang Jerman. Sekarang di Bloemfontein, bola tendangan Frank Lampard, yang jelas sudah jatuh di belakang gawang Jerman, tidak dianggap gol baik oleh wasit Jorge Larrionda maupun hakim garis Mauricio Espinosa.

Andaikan bola Hurst di Wembley, yang memang bukan gol itu tidak diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Jerman menjadi juara dunia. Dan andaikan bola Lampard yang memang gol itu diakui oleh wasit sebagai gol, mungkin saja Inggris berpeluang memukul Jerman. Namun, apa mau dikata, sejarah menghendaki Wembley menjelma menjadi Bloemfontein.

”Setelah skor menjadi 1-2, kami bermain dengan baik. Sangat penting bagi kami, gol kedua itu diakui. Kedudukan akan menjadi 2-2. Memang kami membuat kesalahan. Namun, wasit telah membuat kesalahan yang jauh lebih besar,” kata Fabio Capello. David Beckham juga ikut geregetan dan memaki wasit, ”Kamu sungguh memalukan.”

Pihak Jerman pun fair mengakui bahwa bola Lampard itu gol. Kata kiper Manuel Neuer, ”Saya hanya memandang bola tendangan Lampard, meraihnya lalu melemparnya ke depan. Kalau saya menoleh ke kiri dan ke kanan, wasit mungkin akan berpikir lain. Mungkin saya ikut andil untuk membuat gol itu menjadi bukan gol.”

”Bola memang di belakang garis gawang. Seharusnya itu diputuskan sebagai gol,” kata Joachim Loew. ”Tak ada yang lebih jelas daripada itu. Bola toh jatuh hampir setengah meter di belakang garis gawang. Hakim garis mestinya melihat itu,” kata Franz Beckenbauer.

Beckenbauer menyebut peristiwa di Bloemfontein itu ”ironi sejarah”. ”Untunglah Jerman masih sempat membuat dua gol lagi. Tambahan dua gol ini tentu bisa mengurangi sengitnya perdebatan selanjutnya,” kata Beckenbauer. Namun, lain lagi kata Wolfgang Overath (66), veteran Jerman, yang mengalami sakitnya terpental di final Piala Dunia 1966 karena gol Wembley yang sebenarnya tidak pernah ada itu.

”Dengan peristiwa di Bloemfontein itu, orang melihat bahwa masih ada keadilan dan bahwa masih ada pula Tuhan di langit atas, yang akhirnya membalas semuanya. Juga bila itu semua harus kita nanti dengan demikian lama. Dengan begitu, perkara Wembley akan dilupakan walau bagi kami, sebenarnya terjadi hal yang lebih jelek karena kemalangan itu menimpa kami justru di pertandingan final,” kata Overath.

”Gol” Bloemfontein adalah gol Wembley yang terulang. Memang dalam sejarah bola kerap terulang peristiwa yang lama. Sejarah bola tidak selalu baru, persis seperti apa yang terjadi dalam sejarah manusia sendiri. Benarlah kata-kata Kitab Pengkhotbah: Apa yang akan ada, akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat, akan dibuat lagi: Nihil sub sole novum (Tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari).

Justru karena dalam bola bisa terjadi ketidakadilan yang terulang, bola menjadi bagian dari sejarah. ”Seandainya wasit melihat bola Lampard itu masuk….” Bagi orang Inggris, kata ”seandainya” itu akan selalu menjadi ”seandainya”, seperti bagi orang Jerman yang selalu bilang, ”seandainya bola Geoff Hurst itu tak dianggap gol”. Kata ”seandainya” itu akan terus diingat, berulang-ulang dibicarakan, menjadi abadi, dan menjadi bagian dari mitos bola. Itulah sebabnya tragika bola juga menjadi bagian dari tragika sejarah manusia.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

    Sorotan untuk Wasit Laga Timnas Indonesia di Piala AFF 2024

    Timnas Indonesia
    Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

    Respons Shin Tae-yong soal Hasil Drawing ASEAN Cup 2024 Vs Vietnam

    Timnas Indonesia
    Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

    Alasan Henderson dan Rashford Tak Masuk Skuad Inggris untuk Euro 2024

    Internasional
    Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

    Akses Istimewa Passport Planet Persib Saat Nonton Laga Maung Bandung

    Liga Indonesia
    Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

    Jadwal Timnas Indonesia pada Piala AFF 2024

    Timnas Indonesia
    Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

    Fakta Bojan Hodak Empat Kali Final Beruntun, Peluang Juara di Persib

    Liga Indonesia
    Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

    Daftar Skuad Inggris untuk Euro 2024: Tanpa Rashford-Henderson, Ada Maguire

    Internasional
    Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

    Toni Kroos Pensiun, Ruang Ganti Real Madrid Terguncang

    Liga Spanyol
    Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

    Toni Kroos Gantung Sepatu Setelah Piala Eropa 2024

    Internasional
    Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

    Hasil Lengkap Malaysia Masters 2024: Vito ke Babak Utama, Sabar/Reza Tersingkir

    Badminton
    Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

    Kata David Beckham Usai Klopp Pergi dari Liverpool: Luar Biasa...

    Liga Inggris
    Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

    Daftar 34 Pemain Timnas Putri Indonesia untuk Lawan Singapura

    Timnas Indonesia
    Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

    Piala AFF 2024, Pelatih Vietnam Sebut Indonesia Kuat, Yakin Menang dan Juara

    Timnas Indonesia
    Respons Media Vietnam Usai Segrup dengan Indonesia di Piala AFF 2024

    Respons Media Vietnam Usai Segrup dengan Indonesia di Piala AFF 2024

    Timnas Indonesia
    Saat Shin Tae-yong Pilih Tak Hadir di Drawing Piala AFF 2024

    Saat Shin Tae-yong Pilih Tak Hadir di Drawing Piala AFF 2024

    Timnas Indonesia
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com