Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Weshley Hutagalung
Konsultan konten dan media

Mantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA dan BolaSport, menjadi jurnalis sejak 1996. GM Content Kaskusnetworks (2019-2021), kini aktif menjadi pembicara serta konsultan konten dan media.

PR dari Shin Tae-yong untuk PSSI dan Kita

Kompas.com - 28/03/2024, 07:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DUA kemenangan home and away atas Vietnam seperti menjadi momentum bangkitnya harapan melihat tim nasional Indonesia akan semakin disegani di Asia.

Juara? Nanti dulu. Ada beberapa catatan menarik usai melihat pasukan Garuda menghantam Vietnam.

Kenapa saya memilih kata "disegani di Asia", dan bukan "merajai sepak bola Asia Tenggara"?

Dengan strategi memanggil pulang putra-putra berdarah Indonesia yang ada di luar negeri, adalah wajar bila target Shin Tae-yong membawa Tim Garuda bersaing di panggung Asia.

Apalagi, pertandingan level Asia masuk kalender FIFA yang otomatis membuat pemain sepak bola mendapatkan restu dari manajemen klub untuk meninggalkan tempat mereka bekerja.

Juni 2024, tanggal 6 dan 11 saat menjamu Irak dan Filipina, tentulah wajar bila publik sepak bola Indonesia masih menantikan kelanjutan euforia usai Tim Garuda mengempaskan Golden Star Warriors di Jakarta dan di Hanoi.

Bisakah Juni mendatang, kita mengunci posisi kedua klasemen Grup F di bawah Irak?

Tim Nasional Indonesia berwajah baru. Ungkapan ini tak hanya mengacu pada penghuni skuad Garuda yang berdatangan dari Eropa. Juga karakter anak-anak muda yang belakangan mengenakan jersey berlogo Garuda di dada.

Sudah sangat jarang terlihat pemain timnas meladeni pancingan lawan yang berusaha merusak konsentrasi agar strategi yang disiapkan pelatih berantakan akibat emosi berlebihan.

Sejak Shin Tae-yong diumumkan sebagai pelatih timnas Indonesia di pengujung Desember 2019, belakangan STY identik dengan kata "naturalisasi" dan "diaspora" alias mereka yang meninggalkan negara asal ke negara lain dan kembali untuk membela Indonesia.

Ukuran keberhasilan Timnas

Pro dan kontra bermunculan akibat jumlah pemain naturalisasi dan diaspora yang semakin bertambah. Bahkan, saat ini STY bisa menurunkan seluruh pemain naturalisasi dan diaspora dalam starting line-up kecuali di posisi penjaga gawang.

Bayangkan bila Maarten Paes mengambil sumpah menjadi warga negara Indonesia. Posisi kiper pun menjadi milik "mereka yang pulang kampung".

Pemberitaan pemain naturalisasi yang sangat marak menjelang Piala AFF 2010 memang menyisakan pertanyaan fundamental dan masih menjadi tuntutan.

"Ukuran keberhasilan tim nasional senior adalah prestasi. Sudah berapa banyak pemain asing kita naturalisasi dan juga pemain diaspora mengenakan jersey Tim Garuda? Lalu, berapa gelar yang telah didapat timnas senior?"

Saya sepakat, siapapun yang memiliki KTP dan paspor Indonesia, sepanjang memang ia memiliki kualitas yang dibutuhkan pelatih, berhak untuk diberi kesempatan membela tim nasional kita.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com