AWAL Juni 2023 lalu, atau sebelum Liga 1 digulirkan, Ketua PSSI Erick Thohir mengumumkan bahwa pertandingan Liga 1 2023-2024 akan digelar tanpa suporter tandang.
Artinya tidak boleh ada suporter yang hadir ketika tim yang mereka dukung menjalankan pertandingan tandang.
Alasan PSSI ketika itu adalah agar kita belajar dari tragedi Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Alasan ini bisa dibilang salah sambung. Tragedi Kanjuruhan terjadi bukan karena ada suporter tandang (Persebaya) yang hadir di Stadion Kanjuruhan.
Kapolda Jawa Timur ketika itu (Irjen Nico Afinta) memang sempat terpleset lidah ketika jumpa pers pertama kali yang menyebut tragedi terjadi karena tawuran antarsuporter. Selain itu, beberapa pengamat juga sempat menyebut terjadi tawuran antarsuporter.
Namun sesungguhnya Bonek dan Aremania sudah dalam kesepakatan tidak tertulis untuk tidak saling bertandang.
Maka jika alasan PSSI melarang suporter tandang karena Tragedi Kanjuruhan, menunjukkan bahwa solusi ini salah sambung.
Sebaliknya, pelarangan suporter tandang justru menciptakan masalah baru. Kehadiran suporter tandang seakan menjadi justifikasi terjadinya kekerasan terhadap suporter, baik yang dilakukan oleh aparat maupun sesama suporter.
Sebagai contoh, beberapa orang yang diduga suporter Arema FC dikeroyok oleh suporter Persik Kediri di Stadion Brawijaya Kediri pada 15 Juli 2023.
Kebijakan PSSI melarang suporter tandang menjadi justifikasi para suporter Kediri dan juga masyarakat untuk membenarkan aksi kekerasan tersebut.
Terbaru adalah bentrok antara suporter Persib dengan petugas keamanan di Stadion Benteng Tangerang pada 26 November 2023 lalu.
Sama seperti Kediri, pelarangan suporter tandang menjadi alasan terjadinya kekerasan tersebut ketika suporter Persib yang mau memasuki area stadion untuk menonton tim kesayangannya melawan tuan rumah Dewa United dihadang oleh petugas keamanan.
Sebaiknya pelarangan suporter tandang tidak dilakukan secara menyeluruh, melainkan secara parsial, khusus untuk laga dengan rivalitas tinggi. Misal Arema Vs Persebaya, Persib Vs Persija dan beberapa laga sarat rivalitas lain. Tentunya dengan masukan dari kepolisian.
Hal ini penting agar sepak bola masih bisa dinikmati dengan keramaian yang indah. Bukankah keramaian tersebut menjadi salah satu daya tarik sepak bola terhadap sponsor?
Kita bayangkan jika pelarangan suporter dilakukan secara parsial untuk laga dengan rivalitas tinggi, maka laga Dewa United Vs Persib Bandung bisa disaksikan dengan penonton yang banyak mengingat Dewa United bukan tim dengan banyak suporter.