Sebaliknya, Persib dikenal dengan tim dengan banyak suporter termasuk saat tandang. Maka kehadiran suporter tamu justru memberikan warna dalam laga tandang tim yang tidak memiliki suporter banyak, di sisi lain menambah pemasukan klub dari sektor tiket.
Pertandingan tandang sebenarnya bisa menjadi ajang rekonsiliasi suporter. Saya beberapa kali merasakan aura perdamaian saat menyaksikan suporter tandang bertemu tuan rumah.
Tidak jarang suporter tuan rumah menjamu suporter tamu dengan menyediakan tempat bermalam hingga konsumsi untuk suporter tamu. Kemudian dibalas perlakuan serupa ketika suporter tamu menjadi tuan rumah.
Fenomena seperti ini biasa terjadi di beberapa simpul suporter nasional termasuk suporter dengan basis massa yang besar seperti suporter Persib, Bonek, Aremania, dan Jakmania.
Sekitar 19 hari sebelum terjadinya Tragedi Kanjuruhan, bahkan sempat terjadi kejadian menarik terkait perdamaian suporter, yaitu kehadiran suporter Persib di Kanjuruhan setelah sekian belas tahun sempat terjadi perang dingin dan tidak saling tandang antara mereka dengan Aremania.
Namun peristiwa 11 September 2022 justru sebaliknya, suporter Persib bisa berbagi tribun dengan Aremania dengan aman dan damai.
Bahkan ada agenda besar setelah perdamaian suporter Persib dengan Aremania, yakni perdamaian Aremania dengan Bonek dan perdamaian Jakmania dengan Suporter Persib.
Pada 2 Oktober 2022, sebenarnya sudah direncanakan akan ada kehadiran suporter Persija pada laga Persib Vs Persija di Bandung, tetapi urung terjadi karena pada 1 Oktober 2022 malam terjadi Tragedi Kanjuruhan.
Jangan lupa, pasca-Tragedi Kanjuruhan, banyak simpul rivalitas suporter yang selama ini bertikai, justru melakukan rekonsiliasi.
Suporter Mataram raya (PSIM, PSS, Persis, Persiba Bantul) yang jika bertikai tidak jarang menyebabkan korban jiwa, Bonek-Jakmania, Jakmania-Suporter Persib mulai membuka komunikasi untuk berdamai.
Bahkan Bonek dan Aremania tertangkap kamera sedang berdoa bersama untuk korban Kanjuruhan. Belum termasuk simpul rivalitas lain termasuk di luar Jawa yang berikar damai.
Mereka belajar dengan baik dari Tragedi Kanjuruhan agar mengurangi tensi rivalitas dan mewujudkan sepak bola tanpa kekerasan.
Perdamaian-perdamaian para suporter tersebut tidak diinisiasi PSSI, melainkan murni inisiatif para suporter.
Jika PSSI atau siapapun pihak yang berkepentingan atas perdamaian para suporter jeli, seharusnya momentum Kanjuruhan tidak dijadikan pemutus upaya silaturahmi suporter dengan melarang suporter tandang. Melainkan sebagai momentum perdamaian para suporter.
Untuk itu, perlu dilakukan kembali pemetaan mana saja suporter yang berpotensi berdamai, dan didorong untuk terus mewujudkan perdamaian termasuk dengan mempertemukan mereka di tribun.
Tentunya dengan rancangan pengamanan yang tepat seperti masuknya suporter Persib ke Kanjuruhan 11 September 2022. Bahkan dengan pengamanan cermat yang pernah dilakukan Polda Metro Jaya saat mengamankan suporter Persib masuk GBK Jakarta pada final Piala Presiden 2015 dan piala Bhayangkara 2016.
Maka sudah seharusnya larangan tandang dievaluasi ulang, dimodifikasi agar pertandingan sepak bola bisa menjadi ajang pemersatu. Bukan justru membuat peraturan yang menjadi justifikasi kekerasan terhadap suporter, baik oleh aparat, masyarakat, dan suporter sendiri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.