KOMPAS.com - Seorang anak bernama James Tabuni asal Distrik Arso Timur, Kabupaten Keerom, Provinsi Papua, yang berbatasan langsung dengan Papua New Guinea, mengungkapkan isi hati. Dia ingin seperti Boaz Solossa.
"Sudah lama saya ingin bergabung di klub sepak bola. Hadirnya Bhayangkara Papua Football Academy, dapat mewujudkan mimpi saya menjadi seperti kakak Boaz Solossa," ujar James.
Anak berusia 12 ini termasuk dari 1.000 anak yang mengukuti pelatihan singkat (coaching clinic) di lapangan Mandala Dok V, Kota Jayapura. Event ini diadakan Bhayangkara Papua Football Academy (BPFA) Polda Papua, Kamis (14/12/2017).
Yeyen Tumena, Firman Utina, Jajang Mulyana dan Imran Nahumarury, adalah sejumlah nama pemain timnas yang memberikan pelatihan singkat selama satu jam untuk anak-anak yang direkrut dari 12 kabupaten di Papua.
James mengatakan, sejauh ini tak pernah melihat lapangan sebesar ini di daerahnya. Namun, berkat kegiatan ini apa yang diimpikannya bisa terwujud, yakni belajar bermain sepak bola yang benar.
"Harapan saya besar, menjadi salah satu anak Papua yang bisa bermain di level nasional, hingga internasional. Kepercayaan saya bertumbuh besar, setelah mengikuti kegiatan yang digelar akademi Bhayangkara. Saya berharap, akademi ini bisa secara konsisten merangkul kami anak-anak di wilayah pedalaman,” paparnya.
Kapolda Papua, Irjen Pol Boy Rafli Amar, mengungkapkan, potensi anak-anak di Papua dalam bermain sepak bola sangat luar biasa.
"Jadi kami mengumpulkan anak-anak dari semua daerah yang ada di Papua. Lalu kami lakukan pembinaan untuk lebih mengasah kemampuan mereka, kemudian kami buat coaching clinic seperti ini,” katanya kepada wartawan.
Boy Rafli menjelaskan, semua anak-anak ini direkrut dari berbagai daerah, bahkan dua daerah seperti Merauke, Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom direkrut dari wilayah yang perbatasan RI-PNG.
“Sebagian dari mereka ada juga dari klub yang ada di daerah mereka. Kami optimistis apa yang sudah mulai ini, akan ditindaklanjuti oleh pemerintah daerah. Saya yakin, bibit-bibit pemain sepak bola ini bisa menyusul kakak Boaz Solossa, bermain sepak bola secara profesional. Apalagi, ini sebuah kebutuhan untuk membina calon-calon atletnya, dalam mengejar prestasi setiap daerah,” ujarnya.
Imran mengungkapkan, jika mau membangun tim nasional yang hebat, harus dimulai dari usia dini. Hal ini yang dilakukan Bhayangkara.
“Ini adalah kali pertama di Tanah Air. Apalagi jumlahnya mencapai 1.000 orang. Setelah ini Bhayangkara bakal me-launching akademinya di daerah lain, setelah di Papua,” katanya.
Dia berkeyakinan, apabila pembinaan berkesinambungan seperti ini terus dilakukan, maka akan muncul The Next Boaz Solossa yang saat ini adalah ikon Persipura, bahkan Timnas Indonesia.
“Saya pikir, langkah kepolisian ini harus diikuti daerah lain. Apalagi, di wilayah timur Indonesia selama ini yang mewarnai Timnas Indonesia, seperti dari Maluku dan Papua,” ungkapnya.
Ketua Umum Asprov PSSI Papua, Benhur Tomy Manno, menjelaskan, coaching clinic dengan jumlah 1.000 orang anak-anak usia dini, baru pertama kali digelar di Papua, bahkan mungkin di Indonesia.
Sementara itu Kepala Dinas Olahraga dan Pemuda Provinsi Papua, Yusuf Yambe Yabdi, menilai pembinaan anak usia dini, melalui coaching clinic ini sangat luar biasa.
“Ke depan 1.000 anak ini bakal menjadi alat pemersatu bangsa. Kami harapkan, mereka juga bisa berprestasi baik di bidang olahraga sepak bola, maupun cita-cita mereka yang lainnya,” paparnya.
Polda Papua diberikan piagam penghargaan dari MURI Indonesia karena melakukan coaching clinic yang diikuti 1.000 anak-anak. Pasalnya, mereka melakukan eduksai dengan olahraga dalam jumlah terbesar di Indonesia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.