Spanyol sangat beruntung karena memiliki ”Generasi Emas” di dunia olahraga mereka dalam dua dekade belakangan ini.
Tidak hanya di lapangan tenis dengan munculnya Rafael Nadal yang diidolakan siapa pun. Spanyol juga mekar di padang golf profesional dengan kehadiran bintang muda mereka, Sergio Garcia, yang namanya pernah masuk 10 besar dunia.
Dari ajang balap sepeda, ada Alberto Contador yang langsung merajai Tour de France. Sementara di arena bola basket Amerika Serikat yang gemerlap, ada Pau Gasol i Saez, power forward yang jangkung 2,13 meter asal Barcelona. Dia mengantarkan LA Lakers menjadi juara NBA pada dua musim berturut-turut, musim 2008-2009 dan 2009- 2010.
Adapun di lapangan rumput sepak bola yang merupakan cabang olahraga paling digemari di seantero bumi, Spanyol juga memiliki ”Generasi Emas” yang sudah menyumbang dua gelar tertinggi secara berurutan, mulai dari juara Piala Eropa 2008 hingga dua tahun kemudian.
”Generasi Emas” menjadikan Spanyol sebagai negara Eropa pertama yang mampu menjuarai Piala Dunia saat perhelatan tersebut digelar di luar ”Benua Biru”.
Rasanya, semua pencinta sepak bola dunia, mulai dari negara yang memiliki tradisi hadir di Piala Dunia hingga Indonesia yang hanya bisa menonton dan berkomentar pun, sudah menghafal nama-nama pemain ”Generasi Emas” Spanyol di belantara sepak bola dunia di luar kepala.
Mulai dari Iker Casillas, Sergio Ramos, Gerard Pique, Raul Albiol, Alvaro Arbeloa, Xavi Hernandez, Xabi Alonso, Adres Iniesta, Cesc Fabregas, David Villa, dan David Silva. Tak ketinggalan pula Fernando Torres, sang ujung tombak Chelsea, yang masih tetap dipercaya Vicente del Bosque yang telah menangani ”Generasi Emas” Spanyol sejak di Piala Dunia ke-19 di Afrika Selatan tahun 2010.
Tentu dengan tinggi badan pemain mereka yang rata-rata 1,70 hingga 1,75 meter (relatif mungil bagi pesepak bola Eropa), membuat model pemain bola pendek guna menguasai lapangan tengah menjadi penting bagi Spanyol.
Itu sebabnya gaya bermain tiki-taka yang diperkenalkan Johan Cruyff lewat Barcelona untuk kemudian diadopsi ”La Fiola Roja” tetap akan menjadi pola paten bagi Spanyol. Dengan langgam seperti itu, Spanyol menerapkan pola 4-2-3-1, yang dapat berkembang salah satunya menjadi 4-5-1.